Minggu, 12 Mei 2013

uji panca indera, hunbungan indera pembau dan perasa, indera peraba tidak merata, mata mempunyai titik buta, gerak refleks, hubungan penglihatan pendengaran dengan keseimbangana



KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah yang senantiasa melimpahkan rahmat dan karunia-Nya kepada kita sekalian, sehinga dalam kehidupan kita dapat berkarya serta melaksanakan tugas dan kewajiban dibidang masing – masing. Semoga kita semua selalu mendapat petunjuk dan perlindungan-Nya sepanjang masa. Dan dalam pada itu dengan izin-Nya, Dengan niat dan tekad penyusun untuk menyelesaikan penyusunan “Laporan Praktikum” mata pelajaran biologi.
Selanjutnya pada kesempatan ini penyusun setulus hati menyampaikan terima kasih dan penghargaan kepada bapak guru. Yang telah membimbing dan memberikan ilmu pengetahuan khususnya mata kuliah pengujian indrawi .
          Laporan ini disusun dengan bahasa sederhana berdasarkan berbagai literatur bahas. Kendati demikian, tak ada gading yang tak retak. Penyusun menyadari bahwa dalam laporan ini terdapat kekurangan dan kelemahan, oleh karena itu penyusun terbuka dengan senang hati menerima kritik dan saran yang konstruktif dari semua pihak demi perbaikan dan penyempurnaan laporan ini.

Akhirnya, penyusun berharap semoga laporan ini dapat memberikan manfaat bagi semua pihak.


                                                                             Makassar,12 Mei 2013
         


 Penulis
    Azka Asfarinda



 DAFTAR ISI
Kata Pengantar ................................................................................................
Daftar Isi .....................................................................................................
BAB 1 : Pendahuluan
A.    Latar Belakang .......................................................................................
B.    Landasan Teori ...................................................................................
BAB 2 : Pembahasan
A.    Tujuan ………………………………………………...............................
B.    Alat & Bahan …………………................................................................
C.    Cara Kerja …………………….................................................................
D.    Hasil Pengamatan …………………………….........................................
E.     Pembahasan .............................................................................................
BAB 3 : Penutup
A.    Kesimpulan .......................................................................................
B.    Saran .................................................................................................
Daftar Pustaka ...........................................................................................


BAB I
PENDAHULUAN

A, 1.1 Latar Belakang
                    Alat indra adalah organ yang berfungsi untuk menerima jenis rangsangan tertentu. Anda mungkin telah mempelajari bahwa manusia memiliki lima indra yang berhubungan dengan penglihatan, pendengaran, pengecapan, perabaan, dan pembauan. Semua indra kita berkembang untuk membantu kita bertahan hidup. Bahkan rasa sakit yang menyebabkan banyak penderitaan manusia adalah bagian yang tidak dapat dipisahkan dari warisan evolusi kita, karena rasa sakit dapat memperingatkan kita akan penyakit dan cidera. Orang yang lahir dengan kondisi cacat indra yang membuat merekan tidak mampu merasakan sakit dan luka akan sangat rentan terhadap luka bakar, memar, dan patah tulang, dan sering kali mereka meninggal dalam usia muda karena mereka tidak dapat mengambil keuntungan dari sinyal peringatan rasa sakit. Semua organisme telah dilengkapi dengan beberapa reseptor sebagai alat penerima informasi. Informasi tersebut dapat berasal dari dalam atau dari luar. Reseptordiberi nama berdasarkan jenis rangsangan yang diterimanya, seperti kemoreseptor (penerima rangsang zat kimia),  fotoreseptor (penerima rangsang cahaya), audioreseptor (penerima rangsang suara), dan mekanoreseptor  (penerima rangsang fisik seperti tekanan sentuhan dan getaran). Selain itu dikenal pula beberapa reseptor yang berfungsi mengenali perubahan lingkungan luar yang dikelompokkan sebagai eksoreseptor. Sedangkan kelompok  reseptor yang berfungsi untuk mengenali lingkungan dalam tubuh disebut.

                  Interoreseptor, yang terdapat diseluruh tubuh manusia. Eksoreseptor yang kita kenal ada lima macam yaitu indra penglihatan, indrapendengaran, indra peraba, indra pengecap, dan indra pembau. Pada pembahasan berikutnya akan dijelaskan tentang struktur dan fungsi panca indra serta proses pengindraan.

1.2 Rumusan Masalah

       Dari latar belakang di atas dapat kita mengambil rumusan masalah sebagai berikut.
1.      Apa yang dimaksud dengan Panca Indra?
2.      Bagaimana hubungan indra pengecap dan pembau?
3.      Bagaimana proses gerak refleks?
4.      Apa mata punya titik buta?
5.      Sepeka apakah indra peraba?


B.      Landasan Teori
Indera atau indria merupakan alat penghubung/kontak antara jiwa dalam wujud kesadaran rohani diri dengan material lingkungan. Dalam ajaran Hindu indria ada sebelas macam dan disebut sebagai eka dasa indriya.
Lima macam indera berfungsi sebagai alat sensor dalam bahasa Sanskerta disebut panca budi indriya dan dalam bahasa Indonesia lebih dikenal sebagai panca indera yaitu: alat pembantu untuk melihat (mata), alat pembantu untuk mengecap (lidah), alat pembantu untuk membau (hidung), alat pembantu untuk mendengar (telinga), dan alat pembantu untuk merasakan (kulit/indera peraba).
Kita akan mencoba menguji bagaimana hubungan antara indera-indera tersebut. Apakah saling mempengaruhi dalam merasakan rangsangan atau tidak. Dan kelemahan dan kelebihan apasaja kah yang dimilki panca indera.



 BAB II
PEMBAHASAN
A.      Tujuan
Dari paparan rumusan masalah diatas dapat ditarik beberapa tujuan sebagai berikut.
1.      Mengetahui dan membuktikan hubungn indra pengecap dan pembau
2.     Mengetahui dan membuktikan gerak refleks
3.      Mengetahui dan membuktikan titik buta
4.     Mengetahui dan membuktikan indera peraba tidak setara
5.     Mengetahu dan membuktikan pendengaran mempengaruhi kesimbangan

B.      Alat dan Bahan
·        Bawang putih satu siwung
·        Apel 1 biji
·        Kentang 1 biji
·        Mistar / penggaris
·        Spidol kecil hitam
·        Kertas kosong

C.      Cara Kerja
          Semua uji ini dilakukan secara berpasangan berhubung kelompok kami berjumlah 4 orang. Azka bepasangan dengan afika, abdal berpasangan dengan huzair.


·        Uji Pembau dan Perasa
-         Siapkan satu potong bawang, apel dan kentang
-         Tutup mata memakain penutup mata
-         Tutup hidung
-         Julurkan lidah
-         Jilatkan bawang kentang dan apel bergantian secara cepat
-         Lalu tuliskan yang dirasa apakah sesuai dengan dijilatkan

·        Uji Peraba
-         Gambar kotak-kotak pada punggung lengan menggunakan spidol
-         Gambar 4x4 kotak atau sesuai keinginan
-         Lalu tusuk menggunakan jarum atau ujung pulpen disetiap kotak
-         Tandai mana yang terasa dan amna yang tidak
-         Tulis hasilnya

·        Titik Buta
-         Siapkan kertas polos dan beri titik kecil ditengahnya
-         Simpan kertas ditembok ataupun dipapan tulis
-         Tandai tempat awal kertas
-         Geser kertasnya secara perlahan hingga titiknya hilang
-         Jika telah hilang tandai tempanya
-         Hitung berpa jarak dari tanda awal ke tanda akhir

·        Gerak refleks
-         Duduk di sebuah kursi
-         Temanya duduk disampingnya
-         Lalu pukul lututnya
-         Tulis hasilnya apakah menendang atau tidak

·        Indera Penddengaran
-         Pegang telinga / tutup telinga
-         Lalu tutup mata
-         Putar badan
-         Lalu tulis hasilnya badan kita bisa seimbang atau tidak


D.      Hasil Pengamatan

·        Membuktikan hubungan indera pembau dan perasa

Nama
Bawang
Kentang
Apel
Azka Asfarinda
BENAR
SALAH
SALAH
Afika Indah
SALAH
SALAH
SALAH
Abdul Rahman A
SALAH
SALAH
SALAH
Huzair Tarmidzi
SALAH
SALAH
SALAH


·        Dokumentasi
C360_2013-05-06-09-38-02-549.jpg








·        Membuktikan indera peraba tidak merata

Penguji        : Azka Asfarinda
Yang Diuji  : Afika Indah
Hasil           :
ADA
ADA
TIDAK ADA
TIDAK ADA
ADA
ADA
ADA
ADA
ADA
ADA
ADA
ADA
ADA
ADA
ADA


Penguji        : Afika Indah
Yang Diuji  : Azka Asfarinda
Hasil           :
ADA
ADA
ADA
TIDAK ADA
ADA
ADA
ADA
ADA
ADA
ADA
ADA
ADA
ADA
ADA
ADA
TIDAK ADA

Penguji        : Abdul Rahman Abdal
Yang Diuji  : Huzair Tarmidzi
Hasil           :
TIDAK ADA
TIDAK ADA
ADA
TIDAK ADA
ADA
ADA
ADA
ADA
ADA
ADA
ADA
ADA
ADA
ADA
ADA
TIDAK ADA

Penguji        : Huzair Tarmidzi
Yang Diuji  : Abdul Rhman Abdal
Hasil           :
ADA
ADA
ADA
ADA
ADA
ADA
ADA
ADA
ADA
ADA
ADA
ADA
ADA
ADA
ADA
TIDAK ADA

·        Dokumentasi

C360_2013-05-06-09-25-33-591.jpgC360_2013-05-06-09-28-56-102.jpg



C360_2013-05-06-09-26-14-650.jpg
C360_2013-05-06-09-37-42-112.jpg

C360_2013-05-06-09-26-28-160.jpg
C360_2013-05-06-09-25-46-316.jpg



 
·        Membuktikan mata mempunyai Titik Buta

Pada uji ini mata kiri ditutup dan mata kanan yang melihat

Penguji        : Azka asfarinda
Yang diuji   : Afika Indah
Hasil           : Titik buta  = 49 cm

Penguji        : Afika Indah
Yang diuji   : Azka Asfarinda
Hasil           : Titik buta  = 49 cm

Penguji        : Abdul Rahman Abdal
Yang diuji   : Huzair Tarmidzi
Hasil           : Titik buta  = 37 cm

Penguji        : Huzair Tarmidzi
Yang diuji   : Abdul Rahman Abdal
Hasil           : Titik buta  = 51 cm


·        Dokumentasi
C360_2013-05-06-09-45-33-252.jpg
C360_2013-05-06-09-45-44-171.jpg
C360_2013-05-06-09-46-06-760.jpg

·        Membuktikan Gerak  Refleks

Pada uji ini mata kaki kanan yang diuji dengan alat pemukul palu kecil.

Penguji        : Azka asfarinda
Yang diuji   : Afika Indah
Hasil           : Menendang

Penguji        : Afika Indah
Yang diuji   : Azka Asfarinda
Hasil           : Menendang

Penguji        : Abdul Rahman Abdal
Yang diuji   : Huzair Tarmidzi
Hasil           : Menendang

Penguji        : Huzair Tarmidzi
Yang diuji   : Abdul Rahman Abdal
Hasil           : Menendang

·        Membuktikan Pendengaran Berpengaruh Pada Keseimbangan

Pada uji coba ini kami menutup mata menggunakan dasi dan memutar badan sebanyak 5 putaran.

Penguji        : Azka asfarinda
Yang diuji   : Afika Indah
Hasil           : Menendang

Penguji        : Afika Indah
Yang diuji   : Azka Asfarinda
Hasil           : Menendang

Penguji        : Abdul Rahman Abdal
Yang diuji   : Huzair Tarmidzi
Hasil           : Menendang

Penguji        : Huzair Tarmidzi
Yang diuji   : Abdul Rahman Abdal
Hasil           : Menendang



E. Pembahasan

Percobaan 1 ; (membuktikan hubungan indera pembau dan perasa)
Ketika seseorang menderita sakit pilek, maka makanan terasa hambar rasanya dan kita tidak dapat mencermati bau dengan baik. Inilah bukti bahwa antara organ pembau dengan pencium saling bekerja dengan baik. Aroma makanan yang berada di rongga dalam hidung tidak dapat tercium karena serabut saraf di situ tertutup oleh lendir pilek. Kita merasakan bau buah apel berbeda dengan jeruk dan pepaya karena adanya organ pembau. Di dalam rongga hidung terdapat selaput lendir yang mengandung selsel pembau. Pada sel-sel pembau terdapat ujung-ujung saraf pembau atau saraf kranial (nervus alfaktorius), yang selanjutnya akan bergabung membentuk serabut-serabut saraf pembau untuk menjalin dengan serabut-serabut otak (bulbus alfaktorius)

Percobaan 2 ; (membuktikan ikepekaan ndera peraba)
Korpus meissner, 
  • Terletak di dekat permukaan kulit. 
  • Berfungsi untuk menerima rangsang sentuhan/ rabaan. 
  • Reseptor ini tersebar tidak merata di permukaan kulit. 
  • memiliki paling banyak di ujung jari 
Korpus pacini,
  • berfungsi menerima rangsang tekanan. 
  • Letaknya di bawah lapisan dermis.
Korpus ruffini,
  • berfungsi untuk menerima rangsang panas. Letaknya di lapisan dermis.
Korpus krause,
  • berfungsi untuk menerima rangsang dingin. 
  • Letaknya di lapisan dermis.
Ujung saraf tanpa selaput,
  • peka terhadap rasa sakit/ nyeri. 
  • Letaknya di lapisan epidermis. 
  • Penting untuk keselamatan tubuh. 
Merkel cells
  • berbentuk oval,
  • berfungsi mendeteksi sensasi berbagai sentuhan ringan untuk membedakan bentuk dan tekstur.

Percobaan 3 ; (Membuktikan mata mempunyai titik buta)
Titik buta dalam berkendara adalah bagian dari sekeliling kita yang tidak bisa kelihatan pada saat mengemudikan kendaraan, karena beberapa alasan seperti jangkauan pandangan yang terbatas cermin[1], terhalang oleh muatan yang dibawa. Titik buta mobil penumpang adalah di sebelah kiri dan kanan pengemudi seperti ditunjukkan dalam gambar. Untuk kendaraan box, truk dan truk peti kemas, pandangan melalui cermin tengah tidak ada jadi mereka tergantung kepada cermin pintu. Kendaraan yang tinggi seperti bus, truk tidak bisa melihat di sekitar mereka yang rendah.

Percobaan 4 ; (Membuktikan Gerak Refleks)
Refleks adalah gerakan yang dilakukan tanpa sadar dan merupakan respon segera setelah adanya rangsang[1]. Pada manusia gerak refleks terjadi melalui reflex arc, namun refleks-refleks ini sangat penting artinya di dalam mendiagnosis dan melokalisasi lesi neurologi.
Gerak refleks dapat digunakan pada pemeriksaan neurologis untuk mengetahui kerusakan atau pemfungsian dari sistem saraf pusat dan sistem saraf tepi.
Gerak refleks dapat dilatih misalnya pengulangan dari gerakan motorik pada latihan olah raga atau pengaitan dari rangsang oleh reaksi otomatis selama pengkondisian klasikal.
Refleks-refleks yang penting bagi neurologi klinis dapat di bagi menjadi 4 kelompok, yaitu: 1. Refleks Superfisial (kulit dan lendir), 2. Refleks Tendon Dalam (miotatik), 3. Refleks Viseral (organik), 4. Refleks Patologik (abnormal)
Percobaan 5 ; (Membuktikan Hubungan Pendengaran dan pengelihatan terhadap  Keseimbangan)
Pada sistem penglihatan apabila ada rangsang cahaya masuk ke mata maka rangsang tersebut akan diteruskan mulai dari kornea, aqueous humor, pupil, lensa, vitreous humor dan terakhir retina. Kemudian akan diteruskan ke bagian saraf penglihat atau saraf optik yang berlanjut dengan lobus osipital sebagai pusat penglihatan pada otak besar. Bagian lobus osipital kanan akan menerima rangsang dari mata kiri dan sebaliknya lobus osipital kiri akan menerima rangsang mata kanan. Di dalam lobus osipital ini rangsang akan diolah kemudian diinterpretasikan.
Pembiasan cahaya dari suatu benda akan membentuk bayangan benda jika cahaya tersebut jatuh di bagian bintik kuning pada retina, karena cahaya yang jatuh pada bagian ini akan mengenai sel-sel batang dan kerucut yang meneruskannya ke saraf optik dan saraf optik meneruskannya ke otak sehingga terjadi kesan melihat.
Pada sistem pendengaran apabila ada getaran suara ditangkap oleh daun telinga maka akan diteruskan ke liang telinga dan mengenai membran timpani sehingga membran timpani bergetar. Getaran ini diteruskan ke tulang-tulang pendengaran yang berhubungan satu sama lain.  Selanjutnya stapes menggerakkan foramen ovale yang juga menggerakkan perilimfe dalam skala vestibuli. Getaran diteruskan melalui membran Reissner yang mendorong endolimfe dan membran basalis ke arah bawah dan perilimfe dalam skala timpani akan bergerak sehingga foramen rotundum terdorong ke arah luar.
Pada waktu istirahat, ujung sel rambut Corti berkelok, dan dengan terdorongnya  membran basal, ujung sel rambut itu menjadi lurus. Rangsangan fisik  ini berubah menjadi rangsangan listrik akibat adanya perbedaan ion Natrium dan Kalium yang  diteruskan ke cabang-cabang N. VIII, kemudian meneruskan rangsangan itu ke pusat sensorik pendengaran di otak melalui saraf pusat yang ada di lobus temporalis.


BAB 3
PENUTUP
A.               Kesimpulan

Percobaan 1 ; (membuktikan hubungan indera pembau dan perasa)
          Indera pembau dan perasa mempunyai hubungan yang sanagt kuat, tidak bias bekerja masing, mereka saling berkaitan dan saling membutuhkan.

Percobaan 2 ; (membuktikan ikepekaan ndera peraba)
          Kulit terdiri dari beberapa saraf yang berbeda bentuk dan berbeda fungsi. Itu membuktikan bahwa struktur kulit disetiap tubuh kita tidak selalu sama.

Percobaan 3 ; (Membuktikan mata mempunyai titik buta)
Mata mempunyai titik buta itu adalah suatu keadaan ketika mata kita tidak bias meihat focus kita, dan itu dimiliki setiap orang.

Percobaan 4 ; (Membuktikan Gerak Refleks)
Setiap orang yang dipukul dan dia memberikan respon berarti sarafnya tidak bermaslah, jika tidak berarti ada kelainan pada sarafnya.

Percobaan 5 ; (Membuktikan Hubungan Pendengaran dan pengelihatan terhadap  Keseimbangan)
Pendengaran dan penglihatan terhadap keseimbangan sangat berhubungan erat terbukti jika kita duduk atau diam terlalu lama jika tiba-tiba berdiri akan terasa pusing. Apalagi jika mempunyai penyakit seperti anemia atau vertigo

B.      Saran
1.     Sebaiknya teliti dan juujur dalam menulis hasil laporan

Tidak ada komentar:

Posting Komentar