Senin, 27 Mei 2013

Pidato, Ceramah, Khutbah "RIDHA DENGAN TAKDIR ALLAH SWT"



BANYAK sekali orang yang mengeluh karena diliputi rasa cemas. Sumber kecemasan dan permasalahan mereka adalah beberapa hal yang tidak ada penyelesaiannya. Hal-hal itu sudah menjadi takdir dari Allah yang tidak dapat ditolak.
Inti permasalahan mereka adalah karena mereka tidak ridha atau tidak menerima takdir Allah atau bisa juga karena mereka tidak dapat menyesuaikan diri dengan suasana baru. Ketidakmampuan untuk menyesuaikan diri dengan suasana baru setelah terjadinya beberapa peristiwa atau musibah adalah hal yang biasa dialami oleh sebagian orang yang lemah iman. Hal ini sangat berbahaya sekali karena dapat mengarah kepada penyakit jiwa.
Agama kita yang suci telah membimbing agar kita senantiasa sabar ketika menghadapi musibah. Bahkan, agama telah menjelaskan kepada kita bahwa cobaan de-ngan beberapa kejadian adalah suatu karunia. Berawal dari hal ini, kita harus menyikapinya dengan baik. Salah satunya, kita harus bersabar dalam menghadapinya, ridha dengan ketentuan Allah, dan tidak merasa khawatir ketika terjadi musibah-musibah itu.
Allah swt. berfirman,
“Dan sungguh akan Kami berikan cobaan kepadamu dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta,jiwa, dan buah-buahan. Dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar. (Yaitu) orang-orang yang apabila ditimpa musibah, mereka mengucapkan, ‘Inna lillahi wa inna ilaihi raaji’uun.’ Mereka itulah yang mendapatkan keberkatan yang sempuma dan rahmat dari Tuhannya, dan mereka itulah orang-orang yang mendapat petunjuk. ” (al-Baqarah: 155-157)
Sosok muslim yang benar adalah sosok yang mampu menanggung musibah-musibah yang dialaminya dengan hati yang teguh, keyakinan yang mendalam, dan kesabaran yang baik. Oleh karena itu, janganlah Anda khawatir dan mengatakan sesuatu yang menjadikan Allah swt. marah. Misalnya dengan berkata, “Kenapa musibah ini menimpaku dan bukan menimpa orang lain?” Perkataan seperti itu adalah perkataan orang yang tidak beriman.
Orang yang beriman, tentu mengetahui bahwa takdir Allah swt. akan menjadi kebaikan baginya, baik di dunia rnaupun di akhirat. Sekalipun takdir ini secara lahir tampak sebagai suatu musibah yang amat besar, namun hal itu akan menjadi sebuah kebaikan bagi seorang yang beriman. Sungguh, Allah swt. itu hanya menghendaki kebaikan bagi se-orang muslim untuk selamanya. Rasulullahsaw. bersabda,
Alangkah mengagumkan keadaan orang mukmin karena semua urusannya itu baik baginya. Bila ia ditimpa kebahagiaan, ia bersyukur dan itu menjadi kebaikan baginya. Bila ia ditimpa kesusahan, ia bersabar dan itu menjadi kebaikan pula baginya. ” (HR Muslim)
Balasan bersyukur dan bersabar adalah surga. Di sana terdapat pula aspek lain dari takdir yang tidak kita ketahui. Terkadang takdir tampak jelas dan tidak tampak jelas oleh kita di dunia. Namun, seorang muslim hendaknya mengatakan, “Semuanya itu sudah menjadi takdir Allah dan apa yang Allah kehendaki itu pasti terjadi.” Hendaknya pula, seorang muslim ridha dengan ketentuan dan takdir-Nya serta mengetahui bahwa bila takdir ini ia sikapi dengan bersabar, maka hal itu akan menjadi kebaikan dan berakibat baik baginya. Selain itu, Allah juga akan menggantikannya dengan sesuatu yang lebih baik.
Allah swt. berfirman,
“Diwajibkan atas kamu berperang, padahal berperang itu adalah sesuatu yang kamu benci. Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu, dan boleh jadi (pula) kamu menyukai sesuatu padahal ia amat buruk bagimu; Allah mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui. ” (al-Baqarah: 216)
Terkadang pada Anda terjadi suatu hal yang tidak anda sukai, yang secara tampak bagai siksaan, akan tetapi pada intinya hal itu adalah rahmat dari Allah yang kelak akan Anda ketahui maksudnya.
Oleh karena itu, janganlah Anda menyiksa diri Anda dengan tidak meridhai ketentuan dan takdir-Nya, Janganlah Anda menyiksa diri Anda denganmengatakan pada diri sendiri, “Seandainya aku melakukan ini, niscaya aku bisa mencegah terjadinya hal ini.” Hal itu hanya akan membuat Anda merasa kecewa dan menyesali masa lalu. Perlu disadari bahwa walaupun Anda sangat menyesal dan berbuat apa saja, Anda tidak akan dapat mengulanginya kembali. Lantas untuk apa Anda menangisi susu yang sudah tumpah?
Rasulullah saw. telah memperingatkan kita agar tidak berputus asa karena dengan putus asa itu, seseorang akan menyiksa dirinya sendiri, yaitu ketika ia menyangka bahwa ia mampu untuk mencegah takdir ini seandainya ia berbuat ini dan itu.
Rasulullah saw. bersabda,
“janganlah kamu mengatakan, ‘Seandainya aku mengerjakan ini niscaya begini dan begitu.’ Akan tetap! katakanlah, ‘Semuanya itu telah menjadi takdir Allah dan apa yang Allah kehendaki ttu pasti terjadi.’ Sesungguhnya 1 kata seandainya akan membuka pintu perbuatan setan.” (HR Muslim)
Kata seandainya memang akan membuka pintu setan.
Oleh karena itu, janganlah Anda menduga bahwa Anda mampu mencegah apa yang telah terjadi karena itu adalah takdir dan takdir sudah pasti terjadi. Selain itu, janganlah berpikir mengenai apa yang telah terjadi, pikirkanlah apa yang masih dapat Anda kerjakan.
Ketahuilah, bahwa takdir Allah pasti terlaksana. Maka, jika Anda benar-benar menerimanya dan sabar dengan takdir itu, kemudian Anda memuji Allah dan mengembalikan segala sesuatunya kepada kehendakAllah, berarti Anda tergolong sebagai orang-orang yang menang dan selamat. Bila Anda merasa khawatir dan tidak menerima, lalu Anda sedih dan gusar dengan takdir itu, takdir Allah tetap akan terlaksana. Oleh karenanya, pada saat awal terjadinya peristiwa itu, sebaiknya Anda memuji Allah swt. mengembalikan segala sesuatu kepada-Nya, dan hendaknya Anda tidak gusar dengan takdir itu. Setelah Anda merasa agak tenang, hendaknya Anda mengatakan, “Sungguh aku telah bersabar.”
Sesungguhnya sabar ada pada peristiwa pertama kali dan ketahuilah bahwa Allah akan memberikan cobaan kepada hamba yang dicintai-Nya. Dalam hadits Rasu-lullah saw. disebutkan,
“Orang yang paling berat cobaannya adalah para Nabi, kemudian setelah itu orang-orang saleh, setelah itu yang serupa dengan mereka dan hingga seterusnya. ”
sumber : Membangun Positive Thinking Secara Islam – Adil Fathi Abdullah

1 komentar: