Segala
puji hanya milik Allah SWT. Shalawat dan
salam selalu tercurahkan kepada Rasulullah SAW. Berkat limpahan
dan rahmat-Nya penyusun mampu menyelesaikan tugas
makalah ini guna pengganti diskusi laboratorium biofarmasi.
Dalam
penyusunan tugas atau materi ini, tidak sedikit hambatan yang penulis hadapi.
Namun penulis menyadari bahwa kelancaran dalam penyusunan materi ini tidak lain
berkat bantuan, dorongan, dan bimbingan orang tua dan teman teman, sehingga
kendala-kendala yang penulis hadapi teratasi.
Makalah
ini disusun agar pembaca dapat memperluas ilmu tentang suhu, bobot dan luas
permukaan tubuh dari berbagai sumber informasi, referensi dan berita. Makalah
ini di susun oleh penyusun dengan berbagai hambatan. Baik itu yang datang dari
diri penyusun maupun yang datang dari luar. Namun dengan penuh kesabaran dan
terutama pertolongan dari Allah akhirnya makalah ini dapat terselesaikan.
Semoga
makalah ini dapat memberikan wawasan yang lebih luas dan menjadi sumbangan
pemikiran kepada pembaca khususnya para mahasiswa Universitas Hasanuddin. Saya
sadar bahwa makalah ini masih banyak kekurangan dan jauh dari sempurna. Untuk
itu, saya meminta masukannya demi perbaikan
pembuatan makalah saya di masa yang
akan datang dan mengharapkan kritik dan saran dari para pembaca.
Pekanbaru,
Desember 2014
Penyusun
Azka Asfarinda
(N11114510)
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR......................................................................................... i
DAFTAR ISI ....................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN
A.
Latar belakang........................................................................................ 1
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Teori Umum............................................................................................ 3
B.
Skema Kerja........................................................................................... 9
BAB III
PENUTUP
A.
Simpulan................................................................................................ 11
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................... 16
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pada dasarnya makhluk hidup memerlukan
energi untuk bertahan hidup dan melakukan segala aktivitasnya sehari-hari.
Energi ini diperoleh dari makanan yang kita makan. Meskipun makanan harus
selalu cukup untuk mensuplai kebutuhan metabolisme tubuh dan tidak cukup menimbulkan obesitas, juga
karena berbagai makanan mengandung berbagai protein, karohidrat dan lemak.
Dimana semua zat ini harus diperhatikan kesetimbangan antara jenis makanan
sehingga semua system metabolisme dapat disuplai dengan bahan yang dibutuhkan.
Energi yang dibutuhkan dari setiap gram
karbohidrat waktu dioksidasi menjadi karbondioksida dan air adalah 4,1 kalori
dan dikeluarkan dari lemak adalah 9,3 kalori. Energi yang dikeluarkan dari
metabolisme protein rata-rata diet waktu
setiap gram dioksidasi menjadi karbondioksida, air, dan urea adalah 4,35
kalori.
Orang dewasa yang disetarakan oleh
farmakope umumnya berdasarkan usia dan bobot badan. Orang dewasa umumnya
dianggap mempunyai bobot badan 70 kg.
wanita dengan perawakan yang lebih kecil dan massa tubuh yang mengandung lebih
banyak lemak, umumnya lebih rendah bobot badannya dari pria. Pendapat mutakhir
menganjurkan dosis obat dihitung berdasarkan luas permukaan tubuh.
Pada sebagian besar bagain dunia lain
jumlah energi yang berasall dari karbohidrat jauh lebih besar dari yang berasal
dari protein dan lemak 20-30 gram setaiap hari, oleh karena itu semua sel harus
terus menerus membentuk protein baru untuk menggantikan protein yang
dihancurkan maka suplai protein dibutuhkan dalam diet untuk tujuan ini.
BAB II
TINJAUAN
PUSTAKA
A.
Teori Umum
Makhluk hidup harus mampu beradaptasi terhadap perubahan
suhu. Suhu tidak hanya penting dalam sekresi langsung dimana hewan berusaha
untuk menghindari terlalu panas atau terlalu dingin, akan tetapi secara evolusi
suhu juga berperan dalam perkembangan system hidup. Misalnya peningkatan suhu
yang hanya beberapa derajad akan tetapi
menyebabkan peningkatan laju reaksi kimia yang sangat besar, biasanya laju reaks
kimia akan meningkat dua kali lipat setiap kenaikan temperature sebesar 10O
C sel setalah mengembangkan suatu mekanisme untuk mengatasi hal ini yang
mungkin dicapai melaui mekanisme evolusi ataupun metabolic (Pearce, 2005 hal : 76).
Namun mkahluk hidup juga memiliki keterbatasan pada suhu
sekitar 1-2o C air didalam sel akan membeku. Zat-zat lain yang ada dalam sel
akan menjadi pekat sehibngga tidak memungkinkan
untuk berfungsi dengan baik dan kehidupan akan terhenti (pada beberapa
kasus, paling tidak hingga sel dipanaskan kembali) batas tertinggi pada suhu
akan menyebabkan ikatan hydrogen yang menjadi pengikat protein mulai lep[as
sehingga protein akan juga mengalami denaturasi (Syamsuri, 1999 hal : 32).
Panas secara terus menerus dihasilkan dalam tubuh sebagai
hasil dalam sampingan metabolisme dan panas tubuh juga secara terus menerus
dibuang di lingkungan sekitar. Bila kecepatan pembentukan panas dapat vtepat
sama seperti kecepatan kehilanhan, orang
dikatakan berada dalam keseimbangan pamnas tetapi bila keduanya diluar
keseimbnagn, panas, tubuh dan suhu tubuh akan jelas mengalami peningkatan (Anonim, 2005 hal : 2)
Ada 4 cara tubuh melepaskan panas yaitu (Guyton,1991 hal : 1142);
1.
Radiasi
Kehilangan
panas dengan cara radiasi dalam bentuk sinar infra merah, suatu jenis gelombang
elektromagnetik yang beradiasi dari tubuh ke sekelilingnya, yang lebih dingin dari
pada tubuhnya sendiri, kehilangan ini meningkat bila suhu sekeliling menurun.
2.
Konduksi
Biasanya
hanya sedikit panas dibuang dengan cara konduks ilangsung dari permukaan tubuh ke
objek lain. Seperti pada kursi atau pada tempat tidur. Tetapi kehilangan panas dengan
cara konduksi ke udara merupakan bagian kehilangan panas tubuh yang dapat di
ukur, bahkan dalam keadaan normal.
3.
Konveksi
Pergerakan
udara dikenal sebagai konveksi dan pembuangan panas dari tubuh dengan cara arus
udara. Konveksi sering dinamakan “kehilangan panas dengan cara konveksi”
sejumah kecil konveksi hamper selalu terjadi sekitar tubuh karena kecenderungan
udara yang dekat dengan kulit bergerak ke atas waktu udara tersebut dipanaskan.
Oleh karena itu
orang telanjang yang duduk dengan cara konduksi ke udara dan kemudian dengan
cara konveksi menjadi tubuh.
4.
Evorpasi
Bila
air menguap dari permukaan tubuh 0,58 kalori panas hilang untuksetiap gram air
yang menguap. Air yang menguap secara
insersibel dari kulit dan paru dengan kecepatan sekitar 600 ml perhari.
Hal ini menyebabkan kehilangan panas secara kontinyu dengan kecepatan 12-16
kalori/jam. Penguaan air insensible langsung melalui kulit dan paru ini tidak
dapat dikontrol untuk tujuan pengaturan
suhu sebab penguapan ini akibat dari difusi molekul molekul air yang terus
menerus tanpa mengindahkan suhu tubuh.
Manusia termaksud makhluk hidup yang homoleokterm yaitu
yang suhunya dapat diatur konstan meskipun pada suhu lingkungan yang
berubah-ubah. Tentu saja yang dimaksud hanya rongga tubuh (237oC).
Anggota dajn kulit termaksud poikiloterm (keadaan suhu tubuh yang bergantung
pada suhu lingkungan). Kestabilan suhu tubuh hanya mungkin diperoleh jika
produksi panas dapat dibuat seimbang dengan pengambilan panas
(Thermoregulation). Produksi panas bergantung pada keseluruhan energi (Anonim, 2006 hal : 32).
Hipotalamus adalah pusat pengaturan suhu, disini terdapat
reseptor suhu, mencatat suhu tubuh. Hipotalamus memperoleh informasi tambahan
dari reseptor suhu kecil si=umsum tulang belakang. Dipusat pengaturan suhu dari
hipotalamus suhu tubuh sesungguhnya dibandingkan dengan suhu tubuh ideal. Jika
terjadi penyimpangan akan diatur, jika suhu tubuh meningkat diatas nilai ideal
maka cairan darah kulit meningkat disini volume darah tidak hnay mengangkut
lebih banyak panas tetapi juga menurunkan pertukaran aliran balik panas antara
arteri dan vena selain itu aliran balik
vena dari vena yang lebih dalam dialihkan ke vena permukaan. Selain itu sekresi
kerngat ditingkatkan yang mendinginkan permukaan kulit sehingga menghasilkan
gradient temperature yang penting untuk pembebasan panas (Anonim, 2006 hal : 32).
Dosis obat yang harus diberikan pada pasien untuk
menghasilakan efek yang diharapkan tergantung dari banyak factor, antara lain
usia. Bobot badan, kelamin besarnya permukaan badan, beratnya penyakit dan
keadaan daya tangkis penderita (Hoan,
2002 hal : 43).
Berat badan digunakan untuk
menghitung dosis yang dinyatakan dalam mg/kg. akan tetapi, perhiyungan dosis
anak dari dosis dewasa berdasarkan berat badan saja. Seringkali menghasilkan
dosis anak yang terlalu kecil karena anak mempunyai laju metabolisme yang lebih
tinggi sehingga per kg berat badannya seringkali membutuhkan dosis yang lebih
tinggi dari pada orang yang dewasa (kecuali pada neonatus). (Ganiswara,
1995 hal : 821).
Luas permukaan tubuh lebih tepat untuk
menghitung dosis anak karena banyak fenomena fisik lebih erat hubungannya
dengan luas permukaan tubuh. Berdasrkan uas permukaan tubuh ini, besarnya dosis
anak sebagai persentase dari dosis dewasa (Ganong,
2002 hal : 172)
Takaran farmakope yang dimuat dalam farmakope Indonesia
dan farmakope nagara-negara lain hanya dimaksudkan sebagai pedoman saja. Begitu
pula dosis maksimal (DM) yang bila dilampaui dapat mengakibatkan efek toksis
bukan merupakan batas yang mutlak harus dibatasi (Hoan, 1999 hal : 543).
Dosis maksimal (DM) adalah dosis maksimum untuk dewasa
untuk pemakaian melalui mulut, injeksi subkutan dan rectal.Penyerahan obat
melebihi DM harus dibelakang jumlah obat pada resep diberi tanda seru dan paraf
Dokter penulis resep. Dosis lazim untuk dewasa anak dan bayi merupakan petunjuk
bukan pengikat (Anief, 1987 hal : 28).
B.
Uraian Bahan
1. Alkohol (FI
III Hal : 65)
Nama
resmi : Aethanolum
Nama
lain : Alkohol
RM
/ BM : C2H6O
/ 46,07
BJ : 0,8119 sampai 0,8139
Pemerian : Cairantidakberwarna,
jernihmudahmenguapdanmudahbergerak, baukhas rasa panas.
Kelarutan :
Sangat mudah larut dalam air, dalam kloroform P dan dalam eter P.
Penyimpanan : Dalam
wadah tertutup rapat.
Kegunaan :
Sebagaipembersih / Penetralalat thermometer.
C.
UraianProbandus
Manusia(www.Phitecantropus.com)
Regnum : Animalia
Phylum : Chordata
Sub
Phylum : Vertebrata
Class : Mammalia
Ordo : Rodentia.
Genus : Phytecantropus
Species
: Phitecantropus erectus.
D. ProsedurKerja (Anonim, 2006)
A.
BobotBadandanLuasPermukaan
1.
Timbanglahbobotbadandanukurlahtinggibadantiapanggotakelas
2. Catatdatanyadalam table yang mengandung
data sbb :
- Bobotbadan
- Tinggibadan
- Umur
- JenisKelamin
- Luaspermukaantubuhmenurutperhitungan
- Luaspermukaantubuhmenurutkutipan
(Wagner, JG.1971, Biopharmaceutics and RelevanPharmakokinertics).
3. HitungLuaspermukaan rata-rata
- Seluruhkelas
- Wanitasaja
- Priasaja
4. Perhitungan
luas permukaan tubuh adalah berdasarkan persamaan Du Bois
B.
SuhuTubuh
1.
Bawahlidah
-
Tempatkan thermometer (Yang telahdibersihkandengan
alcohol dibawahlidah)
-
TutupMulut
-
Setelah 5 – 10 lakukanpembacaan thermometer
-
Kini
bernafaslah 2 menit setelah mulut terbuka, lakukan lagi pembacaan setelah 5- 10
menit.
-
Berkumurlah
dengan air es selama 1 menit
-
Tempatkan
kembali thermometer dibawah lidah dan dilakukan pembacaan suhu setelah 5-10
menit.
2.
BawahKetiak
-
Keringkanketakdantempatkan
thermometer dibawahketiak, lenganmembujurpadasisibadan.
-
Lakukanpembacaanselama 10 menit.
Catat
data yang diperolehseluruhkelasdalam table yang jugamenyataknumur,
jeniskelamin, tinggibadanbobotbadan, suhukamardan jam pengamatan.
Hitung rata-rata dan deviasi baku untuk setiap percobaan
dari seluruh kelas.Diskusikan Pengamatan-pengamatan saudara.
B.
SKEMA KERJA
- Bobot dan
Luas Permukaan tubuh
Dipasang meteran tinggi badan pada dinding tembok
Diukur masing-masing tinggi badan probandus
Perlakuan penimbangan untuk bobot badan.
Diberi garis lurus hubungan anatara berat badan dan tinggi
badan untuk luas permukaan tubuh pada kertas nomograf.
Dicatathasilpengamatan.
B.
Suhutubuh
Dibersihkan
thermometer denganmenggunakanalkohol
Dijepit
thermometer padaketiakselama ± 5 menit
Dilakukanpembacaan
thermometer untukmelihatsuhutubuh
BAB III
PENUTUP
Hipotalamus
adalah pusat pengaturan suhu. Disini terdapat reseptor suhu, mencatat suhu
tubuh, hipotalamus memperoleh informasi tambhan dari reseptor suhu kulit sumsum
tulang belakang.
Jika
suhu tubuh meningkat diatas nilai ideal maka aliran darah kulit dengan demikian
pengangkutan panas dari rongga tubuh menuju kuit meningkat, disini volume udara
atau waktu menurunkan pertukaran darah balik panas antara arteri dan
vena.Aliran balik dari vena yang lebih dalam dialihkan ke vena permukaan selain
itu sekresi keringat ditingkatkan yang mendinginkan permukaan sehingga
menghasilkan gradient temperature yang penting untuk pembebasan panas.
Jika
suhu tubuh menurun dibawah nilai ideal maka tidak hanya pemberian panas
dihambat tetapi juga produksi panas dinaikkan, mekanisme utamanya adalah
pergerakan tubuh dan tubuh yang bergetar.
Organ
perasa suhu adalah ujung-ujung saraf telanjang yang merespon terhadap suhu
absolute, tidak terdapat selisih suhu melintasi kulit. Aferen organ-organ itu
adalah serabut bermielin yang halus 2-5 mm. diameter dan golongan Erlanger dan basseria A 2 impuls
pada saat serabut-serabut ini berjalan ke girus postgental melaui traktus spinotelamus
lateral dan pancaran thalamus.
Ada 4
cara pelepasan panas melalui kulit yaitu :
- Denganradiasi
Panas yang dilepaskan pada udara sekitarnya.
- DenganKonduksi
Panas dialihkan ke benda yang disentuh, seperti pakaian
- Dengankonveksi
(pengaliran)
Karena
mengalirnya udara yang telah panas maka udara yang menyentuh permukaan tubuh diganti
dengan udara yang lebih dingin.
- DenganEfavorasi
Jumlah
hangat yang dibuat tergantung dari banyaknya darah yang mengalir melalui pembuluh
dalam kulit.
Demam merupakan regulasi panas suhu diatas batas normal biasa.
Gejala demam menyertai hampir semua infeksi tetapi juga terdapat pada
enyakit-penyakit lain. Demam yang disebabkan oleh bakteri disebut demam pirogen
eksogen. Pirogen mula-mula merangsang fagosit untuk membentuk pirogen tubuh
sendiri kemudian melalui peningkatan siutesis prostaglandin mengatur suhu ke
suhu yang lebih tinggi. Setelah pengaturan nilai ambang pada tingkat yang lebih
tinggi suhu tubuh normal 37OC bekerja sebagai suatu suhu pada
keadaan dingin. Ini menyebabkan vasokontriksi pembuluh kulit gemetar karena
rasa dingin yang subjektif dimana agar terdapat pilogen yang disekresikan oleh
bakteri toksis atau pirogenyang
dikeluarkan dari degenerasi jaringan tubuh yang menyebabkan demam selama sakit.
Bila
titik sel termasuk hipotalamus meningkat lebih tinggi dari normal maka semua
mekanisme tubuh meningkat suhu tubuh kerja, termasuk konversi panas dan
meningkatkan pembentukan panas. Dalam beberapa jam setelah termosfat diubah ke
tingkat yang lebih tinggi suhu tubuh juga mencaopai tingkat tersebut.
Bila inti tubuh didinginkan dibawah 37OC
mekanisme khusus bekerja mengkonversi panas yang ada dalam tubuh, cara
mekanisme lain juga timbul untuk meningkatkan
kecepatan pelepasan panas.
1.
Konservasipanas
Vakontriksi
pada kulit, salah ati efek pertama adalah vaskontriksi kuat pembuluh darah kulit
keseluruh tubuh.Hipotalamus posterior sangat mengaktivasi isyarat saraf simpatis
kepembuluh darah dan timbul vasokintriks hebat keseluruh tubug. Vasokontriksi ini
mencegah konduksi panas akibat dari baian dalam tubuh ke kulit akibatnay pada vasokintriksi
maksimum, panas hanya dapat meninggalkan tubuh angsung melaui isolator kulit.
2. Piloereksi
Cara
kedua konversi panas bila hipotalamus didinginkan adalah piloreksiya itu rambut
berduri efek ini tidak penting hpada manusia kerena jumlahnya seedikit .Tetapi pada
binatang yang rendah, tegaknya rambut pada iklim dingin membemntuk apisan
isolator udara yang dekat dengan kulit. Sehingga pemindahan panas kelingkungan sangat
dikurangi.
3. Peniadaan
keringat
Keringat
sama sekali tidak terbentuk dengan pendinginan termosfat preoptik dengan suhu kira-kira
dibawah 37OC (98,6 F) hal ini
disebabkan pendinginan secara penguapan dari tubuh akibat dari penguapan insensible.
4. Peningkatan pembentukan panas
Pembentukan panas meningkat melalui
tiga jalan bila suhu ermosfat turun dibawah 37OC.
Salah satu factor yang mempengaruhi dosis obat yaitu
berat badan dan luas permukaan tubuh, dimana enentuan dosi obat untuk pasien
yang lebih muda berdasarkan berat badan lebih dapat diandalkan dari pada yang
berdasarkan kepada tubuh yang sepenuhnya. Rasio
antara jumlah obat yang digunkan dengan ukuran tubuh mempengaruhi
konsentyrasi obat pada tempat kerjanya.
Metode lain yang digunakan selain berat badan yaitu berdasarkan
pengetahuan bahwa adanya hubungan dekat
antara sejumlah besar proses fisiologi dengan luas permukaan tubuh (BSA).
Penggunaan seluruh dosis dewasa dianggap tepat apabila luas permukaan mencapai
1,7 m2 suatu formula untuk menentukan dosis anak dan dosis orang
dewasa.
Suhu tubuh seseorang tidak mutlak sama, namun secara umum
suhu tubuh manusia berada pada range 36,11 – 37,22 OC. Suhu tubuh
dalam sehari tidak selamnya konstan, meskipun pusat pengatiran suhu tubuh
(hipotalamus) selalu berusaha menstabilkan suhu tubuh kita ini. Suhu tubuh yang
dimaksud disini adalah suhu trubuh dalam rongga badan.
Suhu tubuh pada permukaan kulit relative berubah-ubah
tergantung dari aktivitas, lingkungan dan factor lainnya. Jika suhu tubuh
meningkat atau menurun dari batas ideal, maka reseptor pada kulit pada reseptor sentral akan memberikan
informasi kepada hipotalamus untuk membandingkan dengan suhu ideal dan kemudian
mengubahnya kembali menjadi ideal.
Peningkatan bobot tubuh sejalan dengan peningkatan
peningkatan luas permukaan tubuh, dengan bertambahnya luas permukaan tubuh,
maka penyerapan yang dilakukan oleh tubuh terhadap suatu senyawa obat lebih
besar, dalam ajika tubuh terpapar oleh mikroorganisme, maka memerlukan jumlah
obat yang lebih besar.
Jadi dosis berbanding
lurus dengan luas permukaan tubuh. Semakin luas permukaan tubuh maka tempat-tempat penyerapan semakin luas,
sehingga membutuhkan obat relatif banyak.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim, 2005. Diktat Kuliah Biologi Umum. UMI-Press : Makassar.
Anonim. 2006. Penuntun Praktikum Fisiologi Anatomi Manusia.UMI
Press : Makassar.
Alwy Khidri.
2004. Biomedik I. UMI-Press : Makassar.
Dirjen
POM, 1979. Farmakope Indonesia Jilid III.DepKes RI :
Jakarta.
Ganiswara S dkk. 1995.Farmakologi dan Terapi. EGC : Jakarta
Ganong, W. 2002. Fisiologi Kedokteran. EGC : Jakarta.
Guyton C. 1976. Fisiologi Kedokteran Edisi 5. EGC : Jakarta.
Hoan,Tan dkk. 2002. Obat-Obat Penting Edisi 5 : PT Elex
Mediakompotindo : Jakarta.
Madjono,M. 2003. Neurology Klinis Dasar. EGC : Jakarta.
Pearce
C, 2006. AnatomidanFisiologiUntukParamedis.PT Gramedia :
Jakarata
Syamsuri I. 1999. Biologi
Umum : Erlangga : Jakarta.
www.Phitecantropus.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar