Segala
puji hanya milik Allah SWT. Shalawat dan
salam selalu tercurahkan kepada Rasulullah SAW. Berkat limpahan
dan rahmat-Nya penyusun mampu menyelesaikan tugas
makalah ini guna pengganti diskusi laboratorium biofarmasi.
Dalam
penyusunan tugas atau materi ini, tidak sedikit hambatan yang penulis hadapi.
Namun penulis menyadari bahwa kelancaran dalam penyusunan materi ini tidak lain
berkat bantuan, dorongan, dan bimbingan orang tua dan teman teman, sehingga
kendala-kendala yang penulis hadapi teratasi.
Makalah
ini disusun agar pembaca dapat memperluas ilmu tentang anatomi dan fisiologi
panca indra dari berbagai sumber informasi, referensi dan berita. Makalah ini
di susun oleh penyusun dengan berbagai hambatan. Baik itu yang datang dari diri
penyusun maupun yang datang dari luar. Namun dengan penuh kesabaran dan
terutama pertolongan dari Allah akhirnya makalah ini dapat terselesaikan.
Semoga
makalah ini dapat memberikan wawasan yang lebih luas dan menjadi sumbangan
pemikiran kepada pembaca khususnya para mahasiswa Universitas Hasanuddin. Saya
sadar bahwa makalah ini masih banyak kekurangan dan jauh dari sempurna. Untuk
itu, saya meminta masukannya demi perbaikan
pembuatan makalah saya di masa yang
akan datang dan mengharapkan kritik dan saran dari para pembaca.
Pekanbaru,
Desember 2014
Penyusun
Azka Asfarinda
(N11114510)
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR......................................................................................... i
DAFTAR ISI ....................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1.
Latar belakang.............................................................................. 1
1.2.
Rumusan masalah...................................................................... 2
1.3.
Tujuan........................................................................................... 2
BAB II
PEMBAHASAN
2.1.
Indera Penglihat
(Mata).......................................................... 3
2.2.
Indera Pendengar
(Telinga).................................................. 8
2.3.
Indera Peraba
(Kulit)............................................................... 14
2.4.
Indera Pengecap
(Lidah)....................................................... 15
2.5.
Indera Pembau
(Hidung)....................................................... 18
BAB III
PENUTUP
3.1.
Simpulan...................................................................................... 22
3.2.
Saran............................................................................................ 23
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................... 24
BAB I
PENDAHULUAN
1.1.
Latar belakang
Setiap makhluk hidup di bumi diciptakan
berdampingan dengan alam, karena alam sangat penting untuk kelangsungan makhluk
hidup. Karena itu setiap makhluk hidup, khususnya manusia harus dapat menjaga
keseimbangan alam. Untuk dapat menjaga keseimbangan alam dan untuk dapat
mengenali perubahan lingkungan yang terjadi, Tuhan memberikan indera kepada
setiap makhluk hidup.
Indera ini berfungsi untuk mengenali setiap
perubahan lingkungan, baik yang terjadi di dalam maupun di luar tubuh. Indera
yang ada pada makhluk hidup, memiliki sel-sel reseptor khusus. Sel-sel reseptor
inilah yang berfungsi untuk mengenali perubahan lingkungan yang terjadi.
Berdasarkan fungsinya, sel-sel reseptor ini dibagi menjadi dua, yaitu
interoreseptor dan eksoreseptor.
Interoreseptor ini berfungsi untuk mengenali perubahan-perubahan
yang terjadi di dalam tubuh. Sel-sel interoreseptor terdapat pada sel otot,
tendon, ligamentum, sendi, dinding pembuluh darah, dinding saluran pencernaan,
dan lain sebagainya. Sel-sel ini dapat mengenali berbagai perubahan yang ada di
dalam tubuh seperti terjadi rasa nyeri di dalam tubuh, kadar oksigen menurun,
kadar glukosa, tekanan darah menurun/naik dan lain sebagainya.
Eksoreseptor adalah kebalikan dari
interoreseptor, eksoreseptor berfungsi untuk mengenali perubahan-perubahan
lingkungan yang terjadi di luar tubuh. Yang termasuk eksoreseptor yaitu: (1) Indera
penglihat (mata), indera ini berfungsi untuk mengenali perubahan
lingkungan seperti sinar, warna dan lain sebagainya. (2) Indera pendengar
(telinga), indera ini berfungsi untuk mengenali perubahan lingkungan seperti
suara. (3) Indera peraba (kulit), indera ini berfungsi untuk mengenali
perubahan lingkungan seperti panas, dingin dan lain sebagainya. (4) Indera
pengecap (lidah), indera ini berfungsi untuk mengenal perubahan lingkungan
seperti mengecap rasa manis, pahit dan lain sebagainya. (5) Indera pembau
(hidung), indera ini berfungsi untuk mengenali perubahan lingkungan seperti
mengenali/mencium bau. Kelima indera ini biasa kita kenal dengan sebutan panca
indera.
1.2.
Rumusan masalah
Berdasarkan latar
belakang di atas maka dapat dirumuskan beberapa masalah sebagai berikut:
1. Bagaimanakah
sistem indera penglihat (mata) pada manusia?
2. Bagaimanakah
sistem indera pendengar (telinga) pada manusia?
3. Bagaimanakah
sistem indera peraba (kulit) pada manusia?
4. Bagaimanakah
sistem indera pengecap (lidah) pada manusia?
5. Bagaimanakah
sistem indera pembau (hidung) pada manusia?
1.3.
Tujuan
Adapun tujuan dari
penulisan makalah ini sesuai dengan rumusan masalah di atas adalah sebagai
berikut:
1. Untuk
mengetahui bagaimana sistem indera penglihat (mata) pada manusia.
2. Untuk
mengetahui bagaimana sistem indera pendengar (telinga) pada manusia.
3. Untuk
mengetahui bagaimana sistem indera peraba (kulit) pada manusia.
4. Untuk
mengetahui bagaimana sistem indera pengecap (lidah) pada manusia.
5. Untuk
mengetahui bagaimana sistem indera pembau (hidung) pada manusia.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1.
Indera Penglihat (Mata)
Mata mempunyai reseptor khusus untuk
mengenali perubahan sinar dan warna. Sesungguhnya yang disebut mata bukanlah
hanya bola mata, tetapi termasuk otot-otot penggerak bola mata, kotak mata
(rongga tempat mata berada), kelopak, dan bulu mata.
a.
Bagian-bagian mata:
1.
Bola mata
Bola mata dikelilingi
oleh tiga lapis dinding. Ketiga lapis dinding ini, dari luar ke dalam adalah
sebagai berikut:
Ø
Sklera, merupakan jaringan ikat dengan serat yang kuat,
berwarna putih buram (tidak tembus cahaya), kecuali di bagian depan bersifat
transparan yang disebut kornea. Konjungtiva
adalah lapisan transparan yang melapisi kornea dan kelopak mata. Lapisan ini
berfungsi melindungi bola mata dari gangguan.
Ø
Koroid, berwarna coklat kehitaman sampai hitam. Koroid
merupakan lapisan yang berisi banyak pembuluh darah yang memberi nutrisi dan
oksigen terutama untuk retina. Warna gelap pada koroid berfungsi untuk mencegah
refleksi (pemantulan sinar). Di bagian depan, koroid membentuk badan siliaris
yang berlanjut ke depan membentuk iris yang berwarna. Di bagian depan iris
bercelah membentuk pupil (anak mata). Melalui pupil sinar masuk. Iris berfungsi
sebagai diafragma, yaitu pengontrol ukuran pupil untuk mengatur sinar yang
masuk. Badan siliaris membentuk ligamentum yang berfungsi mengikat lensa mata.
Kontraksi dan relaksasi dari otot badan siliaris akan mengatur cembung pipihnya
lensa.
Ø
Retina, merupakan lapisan yang peka terhadap sinar.
Pada seluruh bagian retina berhubungan dengan badan sel-sel saraf yang
serabutnya membentuk urat saraf optik yang memanjang sampai ke otak. Bagian
yang dilewati urat saraf optik tidak peka terhadap sinar dan daerah ini disebut
bintik buta.
Adanya lensa
dan ligamentum pengikatnya menyebabkan rongga bola mata terbagi dua, yaitu
bagian depan yang terletak di depan lensa berisi carian yang disebut aqueous humor, dan bagian belakang yang
terletak di belakang lensa berisi vitreous
humor. Kedua cairan tersebut berfungsi menjaga lensa agar selalu dalam
bentuk yang benar.
2.
Kotak mata
Kotak mata pada tengkorak berfungsi
melindungi bola mata dari kerusakan. Selaput transparan yang melapisi kornea
dan bagian dalam kelopak mata disebut konjungtiva. Selaput ini peka terhadap
iritasi. Konjungtiva penuh dengan pembuluh darah dan serabut saraf. Radang
konjungtiva disebut konjungtivitis. Untuk
mencegah kekeringan, konjungtiva dibasahi dengan cairan yang keluar dari
kelenjar air mata (kelenjar lakrimal) yang
terdapat di bawah alis. Air mata mengandung lendir, garam, dan antiseptik dalam
jumlah kecil. Air mata berfungsi sebagai alat pelumas dan pencegah masuknya
mikro organisme ke dalam mata.
3.
Otot mata
Ada enam otot mata yang berfungsi memegang
sklera. Empat di antaranya disebut otot rektus (rektus inferior, rektus superior, rektus eksternal, dan rektus
internal). Otot rektus berfungsi menggerakkan bola mata ke kanan, ke
kiri, ke atas, dan ke bawah. Dua lainnya adalah otot
obliq atas (superior) dan otot obliq
bawah (inferior).
b. Cara kerja mata
Cara kerja mata manusia pada dasarnya sama
dengan cara kerja kamera, kecuali cara mengubah fokus lensa.
Sinar yang masuk ke mata sebelum sampai di retina mengalami
pembiasan lima kali yaitu waktu melalui konjungtiva, kornea, aqueus humor,
lensa, dan vitreous humor. Pembiasan terbesar terjadi di kornea. Bagi mata normal, bayang-bayang benda
akan jatuh pada bintik kuning, yaitu bagian yang paling peka terhadap sinar.
Ada dua macam sel reseptor pada retina, yaitu
sel kerucut (sel konus) dan sel batang (sel basilus). Sel konus
berisi pigmen lembayung dan sel batang berisi pigmen ungu. Kedua macam pigmen
akan terurai bila terkena sinar, terutama pigmen ungu yang terdapat pada sel
batang. Oleh karena itu, pigmen pada sel basilus berfungsi untuk situasi kurang
terang, sedangkan pigmen dari sel konus berfungsi lebih pada suasana terang
yaitu untuk membedakan warna, makin ke tengah maka jumlah sel batang makin
berkurang sehingga di daerah bintik kuning hanya ada sel konus saja.
Pigmen ungu yang terdapat pada sel basilus
disebut rodopsin, yaitu suatu
senyawa protein dan vitamin A. Apabila terkena sinar, misalnya sinar matahari,
maka rodopsin akan terurai menjadi protein dan vitamin A. Pembentukan kembali
pigmen terjadi dalam keadaan gelap. Untuk pembentukan kembali memerlukan waktu
yang disebut adaptasi gelap (disebut
juga adaptasi rodopsin). Pada waktu adaptasi, mata sulit untuk melihat.
Pigmen lembayung dari sel konus merupakan
senyawa iodopsin yang merupakan
gabungan antara retinin dan opsin. Ada tiga macam sel konus, yaitu sel yang
peka terhadap warna merah, hijau, dan biru. Dengan ketiga macam sel konus
tersebut, mata dapat menangkap spektrum warna. Kerusakan salah satu sel konus
akan menyebabkan buta warna.
Jarak terdekat yang dapat dilihat dengan
jelas disebut titik dekat (punctum
proximum). Jarak terjauh saat benda tampak jelas tanpa kontraksi
disebut titik jauh (punctum remotum).
Jika kita sangat dekat dengan obyek maka cahaya yang masuk ke mata
tampak seperti kerucut, sedangkan jika kita sangat jauh dari obyek, maka sudut
kerucut cahaya yang masuk sangat kecil sehingga sinar tampak paralel. Baik
sinar dari obyek yang jauh maupun yang dekat harus direfraksikan (dibiaskan)
untuk menghasilkan titik yang tajam pada retina agar obyek terlihat jelas. Pembiasan cahaya untuk menghasilkan penglihatan yang jelas disebut
pemfokusan.
Cahaya dibiaskan jika melewati konjungtiva
kornea. Cahaya dari obyek yang dekat membutuhkan lebih banyak pembiasan untuk
pemfokusan dibandingkan obyek yang jauh. Mata mamalia mampu mengubah derajat
pembiasan dengan cara mengubah bentuk lensa. Cahaya dari obyek yang jauh
difokuskan oleh lensa tipis panjang, sedangkan cahaya dari obyek yang dekat
difokuskan dengan lensa yang tebal dan pendek. Perubahan bentuk lensa ini
akibat kerja otot siliari. Saat melihat dekat, otot siliari berkontraksi
sehingga memendekkan apertura yang mengelilingi lensa. Sebagai akibatnya
lensa menebal dan pendek. Saat melihat jauh, otot siliari relaksasi sehingga
apertura yang mengelilingi lensa membesar dan tegangan ligamen suspensor
bertambah. Sebagai akibatnya ligamen suspensor mendorong lensa sehingga lensa
memanjang dan pipih. Proses pemfokusan obyek pada jarak yang berbeda-berda
disebut daya akomodasi.
|
a.
Akomodasi mata saat
melihat jauh b. Akomodasi mata saat melihat dekat |
c. Kelainan pada mata
1. Presbiopi
Presbiopi adalah penyakit mata karena proses penuaan, disebut juga
mata tua. Pada anak-anak, titik dekat mata bisa sangat pendek, kira-kira 9 cm
untuk anak umur 11 tahun. Makin tua, jarak titik dekat makin panjang. Sekitar
umur 40-50 tahun terjadi perubahan yang menyolok, yaitu titik dekat mata sampai
50 cm, oleh karena itu memerlukan pertolongan kaca mata untuk membaca berupa
kaca mata cembung (positif). Hal ini disebabkan karena elastisitas lensa
berkurang. Penderita presbiopi dapat dibantu dengan lensa rangkap.
2. Hipermetropi
Hipermetropi atau mata jauh dapat terjadi pada anak-anak.
Hipermetropi disebabkan bola mata terlalu pendek sehingga bayang-bayang jatuh
di belakang retina. Penderita hipermetropi ini tidak dapat melihat benda yang
dekat atau biasa disebut rabun dekat.
3.
Miopi
Miopi atau mata dekat adalah cacat mata yang disebabkan oleh bola
mata terlalu panjang sehingga bayang-bayang dari benda yang jaraknya jauh akan
jatuh di depan retina. Pada penderita miopi ini orang tidak dapat melihat benda
yang jauh biasa disebut rabun jauh, mereka hanya dapat melihat benda yang
jaraknya dekat. Untuk cacat seperti ini orang dapat ditolong dengan lensa
cekung (negatif). Miopi biasa terjadi pada anak-anak.
Gambar Kelainan mata : (a)
Miopi, (b) Hipermetropi
4. Astigmatisma
Astigmatisma merupakan kelainan yang disebabkan bola mata atau permukaan lensa
mata mempunyai kelengkungan yang tidak sama, sehingga fokusnya tidak sama,
akibatnya bayang-bayang jatuh tidak pada tempat yang sama. Untuk menolong orang
yang cacat seperti ini dibuat lensa silindris, yaitu yang mempunyai beberapa
fokus.
5.
Katarak
Katarak adalah cacat mata, yaitu buramnya dan berkurang elastisitasnya
lensa mata. Hal ini terjadi karena adanya pengapuran pada lensa. Pada orang yang
terkena katarak pandangan menjadi kabur dan daya akomodasi berkurang.
6.
Imeralopi
Imeralopi atau
rabun senja adalah kelainan yang menyebabkan penderita menjadi rabun pada senja
hari.
7.
Xeroftalxni
Xeroftalxni
adalah kelainan pada mata, yaiut kornea menjadi kering dan bersisik.
8.
Keratomealasi
Keratomealasi
adalah kelainan pada mata yaitu kornea menjadi putih dan rusak.
2.2.
Indera Pendengar (Telinga)
Telinga merupakan sebuah organ
yang mampu mendeteksi/mengenal suara dan juga banyak berperan dalam
keseimbangan dan posisi tubuh. Suara adalah bentuk energi yang bergerak
melewati udara, air, atau benda lainnya, dalam sebuah gelombang. Walaupun
telinga yang mendeteksi suara, fungsi pengenalan dan interpretasi dilakukan di otak dan
sistem saraf pusat. Rangsangan suara
disampaikan ke otak melalui saraf
yang menyambungkan telinga dan otak (nervus vestibulokoklearis).
Ada tiga bagian utama dari telinga manusia,
yaitu bagian telinga luar, telinga tengah, dan telinga dalam. Telinga luar
berfungsi menangkap getaran bunyi, dan telinga tengah meneruskan getaran dari
telinga luar ke telinga dalam. Reseptor yang ada pada telinga dalam akan
menerima rangsang bunyi dan mengirimkannya berupa impuls ke otak untuk diolah.
a.
Bagian-bagian telinga
Gambar Struktur telinga pada manusia
1.
Telinga luar
Telinga
luar meliputi daun
telinga (pinna), liang telinga (meatus auditorius
eksternus), dan saluran telinga luar. Bagian daun telinga berfungsi untuk
membantu mengarahkan suara ke dalam liang telinga dan akhirnya menuju gendang
telinga. Rancangan yang begitu kompleks pada telinga luar berfungsi untuk
menangkap suara dan bagian terpenting adalah liang telinga. Saluran ini
merupakan hasil susunan tulang rawan yang dilapisi kulit tipis. Di dalam
saluran ini terdapat banyak kelenjar
yang menghasilkan zat seperti lilin yang disebut serumen atau kotoran telinga. Bagian
saluran yang memproduksi sedikit serumen yang memiliki rambut. Pada ujung
saluran terdapat gendang telinga yang meneruskan suara ke telinga dalam.
Daun telinga manusia mempunyai bentuk yang
khas, tetapi bentuk ini kurang mendukung fungsinya sebagai penangkap dan
pengumpul getaran suara. Bentuk daun telinga yang sangat sesuai dengan
fungsinya adalah daun telinga pada anjing dan kucing, yaitu tegak dan membentuk
saluran menuju gendang telinga.
2.
Telinga tengah
Bagian ini merupakan rongga yang berisi udara
untuk menjaga tekanan udara agar seimbang. Telinga tengah meliputi
gendang telinga, 3 tulang pendengaran yaitu martir (malleus) menempel pada gendang telinga,
tulang landasan (incus), kedua tulang ini terikat erat oleh ligamentum sehingga mereka bergerak
sebagai satu tulang, dan tulang
sanggurdi (stapes) yang berhubungan dengan
jendela oval. Muara tuba eustachi yang menghubungkan ke faring juga berada di
telinga tengah. Getaran suara yang diterima oleh gendang telinga
akan disampaikan ke tulang pendengaran. Masing-masing tulang pendengaran akan menyampaikan
getaran ke tulang berikutnya. Tulang sanggurdi yang merupakan tulang terkecil
di tubuh meneruskan getaran ke koklea atau rumah siput.
3.
Telinga dalam
Bagian ini mempunyai susunan yang rumit,
terdiri dari labirin tulang dan labirin membran. Ada lima bagian utama dari
labirin membran, yaitu:
·
Tiga saluran setengah lingkaran
·
Ampula
·
Utrikulus
·
Sakulus
·
Koklea atau rumah siput
Sakulus
berhubungan dengan utrikulus melalui saluran sempit. Tiga saluran setengah
lingkaran, ampula, utrikulus dan sakulus merupakan organ keseimbangan, dan
keempatnya terdapat di dalam rongga vestibulum dari labirin tulang.
Koklea
mengandung organ Korti untuk
pendengaran. Koklea terdiri dari tiga saluran yang sejajar, yaitu: saluran
vestibulum yang berhubungan dengan jendela oval, saluran tengah dan saluran
timpani yang berhubungan dengan jendela bundar, dan saluran (kanal) yang
dipisahkan satu dengan lainnya oleh membran. Di antara saluran vestibulum
dengan saluran tengah terdapat membran
Reissner, sedangkan di antara saluran tengah dengan saluran timpani
terdapat membran basiler. Dalam
saluran tengah terdapat suatu tonjolan yang dikenal sebagai membran tektorial yang paralel dengan
membran basiler dan ada di sepanjang koklea. Sel sensori untuk mendengar
tersebar di permukaan membran basiler dan ujungnya berhadapan dengan membran
tektorial. Dasar dari sel pendengar terletak pada membran basiler dan berhubungan
dengan serabut saraf yang bergabung membentuk saraf pendengar. Bagian yang peka
terhadap rangsang bunyi ini disebut organ
korti.
b. Cara kerja telinga
Gelombang bunyi yang masuk ke dalam telinga
luar menggetarkan gendang telinga. Getaran ini akan diteruskan oleh ketiga
tulang dengar ke jendela oval. Getaran Struktur koklea pada jendela oval
diteruskan ke cairan limfa yang ada di dalam saluran vestibulum. Getaran cairan
tadi akan menggerakkan membran Reissmer dan menggetarkan cairan limfa dalam saluran
tengah. Perpindahan getaran cairan limfa di dalam saluran tengah menggerakkan
membran basher yang dengan sendirinya akan menggetarkan cairan dalam saluran
timpani. Perpindahan ini menyebabkan melebarnya membran pada jendela bundar.
Getaran dengan frekuensi tertentu akan menggetarkan selaput-selaput basiler,
yang akan menggerakkan sel-sel rambut ke atas dan ke bawah. Ketika
rambut-rambut sel menyentuh membran tektorial, terjadilah rangsangan (impuls). Getaran membran tektorial dan
membran basiler akan menekan sel sensori pada organ Korti dan kemudian
menghasilkan impuls yang akan dikirim ke pusat pendengar di dalam otak melalui
saraf pendengaran.
c.
Susunan dan cara kerja alat keseimbangan
Bagian
dari alat vestibulum atau alat keseimbangan berupa tiga saluran setengah
lingkaran yang dilengkapi dengan organ ampula (kristal) dan organ keseimbangan
yang ada di dalam utrikulus clan sakulus. Ujung dari setup saluran setengah
lingkaran membesar dan disebut ampula yang berisi reseptor, sedangkan
pangkalnya berhubungan dengan utrikulus yang menuju ke sakulus. Utrikulus
maupun sakulus berisi reseptor keseimbangan. Alat keseimbangan yang ada di
dalam ampula terdiri dari kelompok sel saraf sensori yang mempunyai rambut
dalam tudung gelatin yang berbentuk kubah. Alat ini disebut kupula. Saluran
semisirkular (saluran setengah lingkaran) peka terhadap gerakan kepala. Alat
keseimbangan di dalam utrikulus dan sakulus terdiri dari sekelompok sel saraf
yang ujungnya berupa rambut bebas yang melekat pada otolith, yaitu
butiran natrium karbonat. Posisi kepala mengakibatkan desakan otolith pada
rambut yang menimbulkan impuls yang akan dikirim ke otak.
d. Kelainan pada telinga
Telinga merupakan salah satu organ yang penting.
Sebagai organ tubuh yang
lemah, telinga bisa mengalami kelainan maupun terserang penyakit. Berikut beberapa penyakit yang ada
pada telinga:
1.
Tuli
Tuli adalah ketidakmampuan telinga untuk
mendengarkan bunyi atau
suara. Tuli dapat disebabkan oleh adanya kerusakan pada gendang telinga, tersumbatnya ruang
telinga, atau rusaknya saraf
pendengaran. Pada orang yang telah berusia lanjut, ketulian biasanya disebabkan oleh kakunya gendang
telinga dan kurang baiknya
hubungan antar tulang pendengaran.
2.
Congek
Congek adalah penyakit telinga yang biasanya disebabkan oleh infeksi pada bagian telinga
yang tersembunyi di tengah-tengah.
Infeksi ini disebabkan oleh bakteri.
3.
Otitis
eksterna
Otitis
eksterna adalah suatu infeksi pada saluran telinga. Infeksi ini bisa menyerang seluruh saluran (otitis
eksterna generalisata) atau hanya pada daerah tertentu sebagai bisul (furunkel). Otitis eksterna seringkali disebut sebagai telinga perenang (swimmer's ear).
4.
Perikondritis
Perikondritis
adalah suatu infeksi pada tulang rawan (kartilago) telinga luar.
Perikondritis bisa terjadi akibat cedera, gigitan serangga dan pemecahan bisul
dengan sengaja. Nanah akan terkumpul
diantara kartilago dan lapisan jaringan ikat di sekitarnya (perikondrium).
Kadang nanah menyebabkan terputusnya aliran darah ke kartilago, dan menyebabkan
kerusakan pada kartilago dan pada akhirnya menyebabkan kelainan bentuk
telinga. Meskipun bersifat merusak dan
menahun, tetapi perikondritis cenderung hanya menyebabkan gejala-gejala yang
ringan.
5.
Eksim
Eksim
pada telinga merupakan suatu peradangan kulit pada telinga luar dan saluran
telinga, yang ditandai dengan gatal-gatal, kemerahan, pengelupasan kulit, kulit
yang pecah-pecah serta keluarnya cairan dari telinga. Keadaan ini bisa
menyebabkan infeksi pada telinga luar dan saluran telinga.
6.
Cidera
Cedera
pada telinga luar (misalnya pukulan tumpul) bisa menyebabkan memar diantara
kartilago dan perikondrium. Jika terjadi
penimbunan darah di daerah tersebut, maka akan terjadi perubahan bentuk telinga
luar dan tampak massa berwarna ungu kemerahan. Darah yang tertimbun ini (hematoma)
bisa menyebabkan terputusnya aliran darah ke kartilago sehingga terjadi
perubahan bentuk telinga. Kelainan bentuk ini disebut telinga bunga kol, yang sering ditemukan pada pegulat dan petinju.
7.
Tumor
Tumor pada telinga bisa bersifat
jinak atau ganas (kanker). Tumor yang jinak bisa tumbuh di saluran telinga,
menyebabkan penyumbatan dan penimbunan kotoran telinga serta ketulian. Contoh
dari tumor jinak pada saluran telinga adalah:
·
Kista
sebasea (kantong kecil
yang terisi sekresi dari kulit)
·
Osteoma (tumor tulang)
·
Keloid (pertumbuhan dari jaringan ikat
yang berlebihan setelah terjadinya cedera).
8.
Kanker
Kanker
sel basal dan kanker sel skuamosa seringkali tumbuh pada
telinga luar setelah pemaparan sinar matahari yang lama dan berulang-ulang.
Pada stadium dini, bisa diatasi dengan pengangkatan kanker atau terapi
penyinaran. Pada stadium lanjut, mungkin perlu dilakukan pengangkatan daerah
telinga luar yang lebih luas. Jika kanker telah menyusup ke kartilago,
dilakukan pembedahan. Kanker sel basal dan sel skuamosa juga bisa tumbuh di
dalam atau menyebar ke saluran telinga.
2.3.
Indera Peraba (Kulit)
Kulit merupakan indra peraba yang mempunyai
reseptor khusus untuk sentuhan, panas, dingin, sakit, dan tekanan. Reseptor
untuk rasa sakit ujungnya menjorok masuk ke daerah epidermis. Reseptor untuk
tekanan, ujungnya berada di dermis yang jauh dari epidermis. Reseptor untuk
rangsang sentuhan dan panas, ujung reseptornya terletak di dekat epidermis. Kulit
berfungsi sebagai alat pelindung bagian dalam, misalnya otot dan tulang.
a. Bagian-bagian kulit
Kulit terdiri dari lapisan luar yang disebut epidermis dan lapisan dalam
atau lapisan dermis. Pada lapisan epidermis tidak terdapat pembuluh darah dan
sel saraf. Epidermis tersusun atas empat lapis sel yaitu:
·
Stratum germinativum berfungsi membentuk lapisan di sebelah
atasnya.
·
Stratum granulosum yang berisi sedikit keratin yang menyebabkan
kulit menjadi keras dan kering. Selain itu sel-sel dari lapisan granulosum umumnya
menghasilkan pigmen hitam (melanin). Kandungan
melanin menentukan derajat warna kulit, kehitaman, atau kecoklatan.
·
Stratum lusidum merupakan lapisan yang
transparan.
·
Stratum korneum merupakan lapisan yang paling
luar.
Gambar
Penampang kulit manusia beserta reseptor-reseptornya
Penyusun
utama dari bagian dermis adalah jaringan penyokong yang terdiri dari serat yang
berwarna putih dan serat yang berwarna kuning. Serat kuning bersifat
elastis/lentur, sehingga kulit dapat mengembang.
Stratum
germinativum mengadakan pertumbuhan ke daerah dermis membentuk kelenjar
keringat dan akar rambut. Akar rambut berhubungan dengan pembuluh darah yang
membawakan makanan dan oksigen, selain itu juga berhubungan dengan serabut
saraf. Pada setiap pangkal akar rambut melekat otot penggerak rambut. Pada
waktu dingin atau merasa takut, otot rambut mengerut dan rambut menjadi tegak.
Di sebelah dalam dermis terdapat timbunan lemak yang berfungsi sebagai bantalan
untuk melindungi bagian dalam tubuh dari kerusakan mekanik.
b.
Cara Kerja Kulit
Rangsang
yang dapat diterima kulit berupa sentuhan panas, dingin, tekanan, dan nyeri. Ketika kulit menerima
rangsang, rangsang tersebut
diterima oleh sel-sel reseptor. Selanjutnya, rangsang akan diteruskan
ke otak
melalui urat saraf. Oleh otak, rangsang akan diolah. Akibatnya, kita merasakan adanya suatu rangsang. Otak pun memerintahkan tubuh untuk menanggapi rangsang tersebut.
c.
Kelainan
pada kulit
Kulit
merupakan bagian tubuh terluar sehingga selalu berhubungan dengan lingkungan sekitar. Oleh karena itu,
kulit mudah terluka serta
terserang jamur dan bibit penyakit lainnya. Beberapa penyakit kulit yang sering kita temui yaitu:
1. Jerawat.
Jerawat mudah menyerang kulit wajah, leher, punggung, dan dada. Penyakit ini timbul akibat
ketidakseimbangan hormon dan
kulit yang kotor. Anak-anak yang memasuki masa remaja serta orang-orang yang memiiki jenis kulit berminyak
sangat rentan terhadap
jerawat.
2. Panu.
Panu disebabkan oleh jamur
yang menempel di kulit. Panu tampak sebagai bercak atau bulatan putih di kulit dan disertai rasa gatal. Panu timbul karena penderita tidak menjaga kebersihan kulit.
3. Kadas.
Kadas nampak di kulit sebagai bulatan putih bersisik. Pada setiap bulatan terdapat garis tepi yang jelas dengan kulit yang tidak terkena. Kadas juga menyebabkan
rasa gatal. Penyakit ini disebabkan oleh jamur.
4. Skabies. Skabies disebut pula
“seven-year itch”. Penyakit tersebut disebabkan oleh parasit insekta yang
sangat kecil (Sarvoptes scabies) dan dapat menular pada orang lain.
5. Eksim. Eksim merupakan penyakit kulit
yang akut atau kronis. Penyakit tersebut menyebabkan kulit menjadi kering,
kemerah-merahan, gatal-gatal, dan bersisik.
6. Biang keringat. Biang keringat terjadi
karena kelenjar keringat tersumbat oleh sel-sel kulit mati yang tidak dapat
terbuang secara sempurna. Keringat yang terperangkap tersebut menyebabkan
timbulnya bintik-bintik kemerahan yang disertai gatal. Daki, debu, dan kosmetik
juga dapat menyebabkan biang keringat.
2.4.
Indera Pengecap (Lidah)
Lidah adalah kumpulan otot rangka
pada bagian lantai mulut
yang dapat membantu pencernaan makanan dengan mengunyah dan menelan. Lidah
dikenal sebagai indera pengecap yang banyak memiliki struktur tunas pengecap.
Menggunakan lidah, kita dapat membedakan bermacam-macam rasa.
Lidah juga turut membantu dalam tindakan bicara
Permukaan atas lidah penuh dengan tonjolan
(papila). Tonjolan itu dapat dikelompokkan menjadi tiga macam bentuk, yaitu
bentuk benang, bentuk dataran yang dikelilingi parit-parit, dan bentuk jamur.
Tunas pengecap terdapat pada parit-parit papila bentuk dataran, di bagian
samping dari papila berbentuk jamur, dan di permukaan papila berbentuk benang
.
a. Bagian-bagian
lidah
Sebagian besar lidah
tersusun atas otot
rangka yang terlekat pada tulang hyoideus, tulang rahang bawah dan
processus styloideus di tulang pelipis. Terdapat dua jenis otot
pada lidah yaitu otot ekstrinsik dan intrinsik. Lidah memiliki permukaan yang
kasar karena adanya tonjolan yang disebut papila. Terdapat tiga jenis papila
yaitu:
1. Papila
filiformis berbentuk seperti benang halus.
2. Papila
sirkumvalata berbentuk bulat, tersusun seperti huruf V di belakang lidah.
Gambar Struktur lidah
dan pembagian daerah perasanya
Tunas pengecap adalah bagian pengecap yang
ada di pinggir papila, terdiri dari dua sel yaitu sel penyokong dan sel
pengecap. Sel pengecap berfungsi sebagai reseptor, sedangkan sel penyokong
berfungsi untuk menopang. Bagian-bagian lidah:
1. Bagian
depan lidah, fungsinya untuk mengecap rasa manis.
2. Bagian
pinggir lidah, fungsinya untuk mengecap rasa asin dan asam.
3. Bagian
belakang/pangkal, fungsinya untuk mengecap rasa pahit.
Lidah
memiliki kelenjar ludah, yang menghasilkan air ludah dan enzim amilase
(ptialin). Enzim ini berfungsi mengubah zat tepung (amilum) menjadi zat gula.
Letak kelenjar ludah yaitu: kelenjar ludah atas terdapat di belakang telinga,
dan kelenjar ludah bawah terdapat di bagian bawah lidah.
a. Cara Kerja Lidah
Makanan atau minuman yang
telah berupa larutan di dalam mulut akan merangsang ujung-ujung saraf pengecap. Oleh saraf pengecap,
rangsangan rasa ini diteruskan
ke pusat saraf pengecap di otak. Selanjutnya, otak menanggapi rangsang tersebut
sehingga kita dapat merasakan rasa suatu jenis makanan atau minuman.
b. Kelaianan
pada lidah
1. Oral candidosis.
Penyebabnya adalah jamur yang disebut candida albicans.. gejalanya yaitu lidah
akan tampak tertutup lapisan putih yang dapat dikerok.
2. Atropic glossitis. Lidah akan terlihat licin
dan mengkilat baik seluruh bagian lidah maupun hanya sebagian kecil. Penyebab
yang paling sering biasanya adalah kekurangan zat besi. Jadi banyak ditemukan
pada penderita anemia.
3. Geografic tongue. Gejalanya yaitu lidah
seperti peta, berpulau-pulau. Bagian pulau itu berwarna merah dan lebih licin
dan bila parah akan dikelilingi pita putih tebal.
4. Fissured tongue. Gejalanya yaitu lidah akan
terlihat pecah-pecah.
5. Glossopyrosis. Kelainan ini berupa keluhan
pada lidah dimana lidah terasa sakit dan panas dan terbakar tetapi tidak
ditemukan gejala apapun dalam pemeriksaan. Hal ini lebih banyak disebabkan
karena psikosomatis dibandingkan dengan kelainan pada syaraf.
2.5.
Indera Pembau
(Hidung)
Saat manusia baru
lahir indera penciumannya lebih kuat dari manusia dewasa, karena dengan indera
ini bayi dapat mengenali ibunya. Indera penciuman manusia dapat mendeteksi 2000
- 4000 bau yang berbeda. Indera pembau manusia berupa kemoreseptor yang terdapat di permukaan dalam
hidung, yaitu pada lapisan lendir bagian atas. Reseptor pencium tidak
bergerombol seperti tunas pengecap.
Gambar
Struktur indera pembau
a.
Bagian-bagian hidung
Hidung manusia di bagi menjadi dua
bagian rongga yang sama besar yang di sebut dengan nostril. Dinding
pemisah di sebut dengan septum, septum terbuat dari tulang yang sangat tipis.
Rongga hidung di lapisi dengan rambut dan membran yang mensekresi lendir lengket.
1.
Rongga
hidung (nasal cavity) berfungsi untuk mengalirkan udara
dari luar ke tenggorokan menuju paru paru. Rongga hidung ini di hubungkan
dengan bagian belakang tenggorokan. Rongga hidung di pisahkan oleh
langit-langit mulut kita yang di sebut dengan palate. Di rongga hidung bagian
atas terdapat sel-sel
reseptor atau ujung- ujung saraf pembau. Ujung-ujung saraf pembau ini timbul bersama dengan
rambut-rambut halus pada selaput
lendir yang berada di dalam rongga hidung bagian atas. dapat membau dengan
baik.
2.
Mucous
membrane, berfungsi menghangatkan udara dan
melembabkannya. Bagian ini membuat mucus (lendir atau ingus) yang berguna untuk
menangkap debu, bakteri, dan partikel-partikel kecil lainnya yang dapat merusak
paru-paru.
b. Cara kerja hidung
Indera penciuman mendeteksi zat yang
melepaskan molekul-molekul di udara. Di atap rongga hidung terdapat olfactory epithelium yang sangat
sensitif terhadap molekul-molekul bau, karena pada bagian ini ada bagian
pendeteksi bau (smell receptors). Reseptor ini jumlahnya sangat banyak
ada sekitar 10 juta. Ketika partikel bau tertangkap oleh reseptor, sinyal akan
di kirim ke the olfactory bulb
melalui saraf olfactory. Bagian inilah yang mengirim sinyal ke otak dan
kemudian di proses oleh otak, bau apakah yang telah tercium oleh hidung kita,
apakah itu harumnya bau sate padang atau menyengat nya bau selokan.
c. Kelainan pada hidung
Sebagai indra pembau, hidung
dapat mengalami gangguan. Akibatnya,
kepekaan hidung menjadi berkurang atau bahkan tidak dapat mencium bau suatu benda. Kelainan-kelainan
pada hidung yaitu:
1.
Angiofibroma
Juvenil, adalah tumor jinak pada hidung bagian belakang atau
tenggorokan bagian atas (nasofaring), yang mengandung pembuluh darah. Tumor ini
paling sering ditemukan pada anak-anak laki yang sedang mengalami masa puber.
2.
Papiloma
Juvenil, adalah tumor jinak pada kotak suara (laring). Papiloma
disebabkan oleh virus. Papiloma bisa ditemukan pada anak usia 1 tahun. Papiloma
bisa menyebabkan suara serak, kadang cukup berat sehingga anak tidak dapat
berbicara dan bisa menyumbat saluran udara.
3.
Rhinitis
Allergica, adalah peradangan hidung karena alergi. Disebabkan oleh
adanya reaksi alergi pada hidung yang ditimbulkan oleh masuknya substansi asing
ke dalam saluran tenggorokan.
4.
Sinusitis,
merupakan peradangan sinus, yaitu rongga-rongga dalam tulang yang berhubungan
dengan rongga hidung, yang gawat dan biasanya terjadi dalam waktu menahun
(kronis).
5.
Salesma dan influenza, merupakan infeksi pada alat
pernapasan yang disebabkan oleh virus, dan umumnya dapat menyebabkan batuk,
pilek, sakit leher dan kadang-kadang panas atau sakit pada persendian.
6.
Anosmia,
adalah gangguan pada hidung berupa kehilangan kemampuan untuk membau. Penyakit
ini dapat terjadi karena beberapa hal, misalnya cidera atau infeksi di dasar
kepala, keracunan timbel, kebanyakan merokok, atau tumor otak bagian depan.
Untuk mengatasi gangguan ini harus diketahui dulu penyebabnya.
BAB
III
PENUTUP
3.1.
Kesimpulan
Mata mempunyai reseptor khusus untuk
mengenali perubahan sinar dan warna. Sesungguhnya yang disebut mata bukanlah
hanya bola mata, tetapi termasuk otot-otot penggerak bola mata, kotak mata,
kelopak, dan bulu mata. Cara kerja mata manusia pada dasarnya sama dengan cara
kerja kamera, kecuali cara mengubah fokus lensa. Ada berbagai macam kelainan
pada mata, seperti: presbiopi, hipermetropi, miopi, astigmatisma, katarak,
imeralopi, xeroftalxni, keratomealasi, dan lain sebagainya.
Telinga mempunyai reseptor khusus untuk
mengenali getaran bunyi dan untuk keseimbangan tubuh. Ada tiga bagian utama
dari telinga manusia, yaitu bagian telinga luar, telinga tengah, dan telinga
dalam. Ada berbagai kelainan pada telinga, seperti: tuli, congek, otitis
eksterna, perikondritis, eksim, cidera, tumor, kanker, dan lain sebagainya.
Kulit merupakan indra peraba yang mempunyai
reseptor khusus untuk sentuhan, panas, dingin, sakit, dan tekanan. Kulit
terdiri dari lapisan luar yang disebut epidermis dan lapisan dalam yang disebut
lapisan dermis. Kelainan-kelainan yang ada pada kulit yaitu: jerawat, panu,
kadas, skabies, eksim, biang keringat, dan lain sebagainya.
Lidah mempunyai reseptor khusus yang berkaitan
dengan rangsangan kimia. Permukaan lidah dilapisi dengan lapisan epitelium yang
banyak mengandung kelenjar lendir, dan reseptor pengecap berupa tunas pengecap.
Lidah berfungsi sebagai pengecap rasa dan sebagai pembantu dalam tindakan
berbicara. Kelainan yang ada pada lidah yaitu: oral candidosis, atropic
glossitis, geografic tongue, fissured tongue, glossopyrosis, dan lain
sebagainya.
Indra pembau berupa kemoreseptor yang
terdapat di permukaan dalam hidung, yaitu pada lapisan lendir bagian atas. Kelainan-kelainan
yang ada pada hidung yaitu: angiofibroma juvenil, papiloma juvenil, rhinitis
allergica, sinusitis, salesma dan influensa, anosmia, dan lain sebagainya.
3.2.
Saran
Pada sistem indra
ditemukan berbagai macam gangguan dan kelainan, baik karena bawaan maupun
karena faktor luar, seperti virus atau kesalahan mengkonsumsi makanan. Untuk itu
jagalah kesehatan anda agar selalu dapat beraktivitas dengan baik.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim, 2013. Alat indera pada manusia 9.1. http://www.crayonpedia.org/mw/Alat_Indra_Pada_Manusia_9.1,
(online), diakses tanggal 04 Juni 2010.
Anonim, 2013. Bagian-bagian mata. http://articles.myhardisk.com/2009/08/bagian-bagian-mata.html,
(online), diakses tanggal 23 Agustus 2013.
Anonim, 2013. Biologi kelas 2 indera pengelihat. http://kambing.ui.ac.id/bebas/v12/sponsor/Sponsor-Pendamping/Praweda/Biologi/0087%20Bio%202-10a.htm,
(online), diakses tanggal 23 Agustus 2013.
Anonim, 2013. Kelainan dan penyakit pada kulit. http://mengerjakantugas.blogspot.com/2009/08/kelainan-dan-penyakit-pada-kulit.html,
(online) diakses tanggal 23 Agustus 2013.
Anonim, 2013.
Kelainan pada telinga luar. http://medicastore.com/penyakit/360/Kelainan_Pada_Telinga_Luar.html, (online), diakses tanggal 23
Agustus 2013..
Nurcahyo, 2013. Kelainan telinga, hidung, tenggorokan. http://www.indonesiaindonesia.com/f/12853-kelainan-telinga-hidung-tenggorokan/,
(online), diakses tanggal 23 Agustus 2013..
Anonim, 2013. Penyakit-penyakit pada lidah. http://www.untukku.com/artikel-untukku/penyakit-penyakit-pada-lidah-untukku.html,
(online), diakses tanggal 23 Agustus 2013.
Anonim, 2006. Knowledge
Antomi. Progam animasi anatomi
Tenzer,
Amy. 2003. Petunjuk Praktikum Struktur Hewan II. Malang.Jurusan Biologi UM.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar