PT. Kalbe Farma dan RS Siloam
Bertanggung Jawab Atas Meninggalnya 2 Pasien. Letak kesalahan belum dapat
dipastikan- (azka asfarinda, 27/02/15) Beberapa
hari yang lalu kita telah mengetahui bagaimana pentingnya sebuah keakuratan
dalam proses pembuatan, pelabelan dan pemerian yang mana bila terjadi kesalahan
akan menyebabkan pasien meninggal dunia. Hal tersebut adalah contoh kasus
Buvanest Spinal yang kemungkinan ada salah pemberian etiket ataupun salah
pemerian obat sehingga yang di suntikan pada pasien bukan merupakan Buvanest
Spinal.
Berdasarkan informasi
yang diliput oleh Merdeka.com, dua orang pasien RS Siloam Karawaci
meninggal dunia setelah mendapat injeksi obat bius yang salah. Dua pasien itu
diinjeksi Buvanest Spinal 0,5 persen produksi Kalbe Farma, untuk kepentingan tindakan
operasi.
Berikut beberapa
tanggapan mengenai kasus ini dari pihak pihak terkait:
a.Menurut
Manager PT Kalbe Farma Tbk, Hari Nugroho
Menanggapi kejadian
tersebut, External Communication Senior Manager PT Kalbe Farma Tbk, Hari
Nugroho mengatakan pihaknya masih menunggu hasil pemeriksaan yang dilakukan
oleh Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM).
"Terkait kasus
Siloam, sejauh ini Kalbe masih menunggu penelusuran yang dilakukan oleh BPOM,
jadi kita belum bisa memberikan langkah-langkah," katanya di kantor Kalbe,
Jakarta Pusat, Rabu, (18/2).Hari melanjutkan, pihak Kalbe Farma siap mematuhi
seluruh rekomendasi BPOM yang dihasilkan dari proses investigasi tersebut.
"Kalau BPOM
ngasih rekomendasi, apapun itu, kami siap patuhi nantinya," tambahnya.
Ia menegaskan, demi
menjamin keselamatan pihak konsumen, Kalbe Farma telah menarik peredaran obat
Buvanest Spinal.
"Yang jelas,
Kalbe telah menarik seluruh peredaran Buvanest Spinal demi keselamatan konsumen
serta sebagai tidak preventif," tegasnya.
b.
Menurut BPOM RI
Regulatory action yg
tlh dilakukan BPOM terhadap kasus injeksi anastesi di Siloam Hospitals Lippo
Village Karawaci adalah sbb:
·
Anastesi yg dimaksud adalah injeksi
Buvanest Spinal 0,5%heavy 4ml/5 (Bupivakain HCl) produksi Industri Farmasi PT. kalbe
Farma, Tbk.
·
14 Feb, BPOM menerima informasi dari
Sekjen Kementerian Kesehatan RI ttg kejadian tdk diinginkan serius di RS Siloam
Karawaci
·
Untuk lindungi kesehatan dan
keselamatan masyarakat dari potensi risiko yg membahayakan, BPOM lakukan
langkah2 sbb:
·
Di hari yg sama, 14 Feb, BPOM bentuk
Tim Audit Investigasi yg lakukan audit di tempat kejadian yaitu RS Siloam
Karawaci
·
15 dan 16 Feb, BPOM lakukan pemeriksaan
ke PT Kalbe Farma terkait pemenuhan Cara Produksi Obat yang Benar (CPOB) thd
prod injeksi dimaksud
·
BPOM juga periksa pemenuhan
pharmacovigilance (pengawasan pasca pemasaran) ke PT. Kalbe Farma dan jalur
distribusinya
·
Jalur distribusi yg dimaksud adalah
Pedagang Besar Farmasi (PBF) PT. Enseval Putra Megatrading, Tbk.
·
Dalam rangka kehati2a, BPOM telah kirimkan
laporan ttg regulatory action BPOM kepada Menteri Kesehatan RI
·
Laporan dimaksud tdk hanya ttg inj
Buvanest spinal produksi PT.Kalbe Farma tp juga inj asam traneksamat dari PT.
Hexapharm Jaya Laboratories
·
BPOM tlh kirimkan surat peringatan
(safety alert letter) agar tdk gunakan inj Buvanest produksi PT.Kalbe Farma
hingga selesai investigasi
·
Safety alert letter tsb ditujukan kpd
Perhimp RS selrh Ind (PERSI) dan Perhimp Dokter Anestesiologi&Terapi
Intensif Ind (Perdatin) cc.Menkes
·
BPOM juga kirimkan safety alert letter
ke PERSI dan PB Ikatan Dokter Ind (IDI) cc Menkes RI
·
Isi safety alert letter tsb unt tdk
gunakan inj asam traneksamat kemsn dus 10 ampul@5ml no.batch
629668 & 630025 hingga investigasi selesai
·
Injeksi asam traneksamat dimaksud
adalah dari PT.Hexpharm Jaya Laboratories yang diproduksi PT.Kalbe Farma
·
BPOM jg kirimkan safety alert letter
kpd Pimp/Apoteker Pennggjwb PT.Kalbe Farma unt menarik inj Buvanest spinal
0,5%heavy4ml/5 seluruh batch
·
BPOM jg kirimkan safety alert letter ke
Pimp/Apt P.jwb PT. Hexpharm unt tarik inj as traneksamat kemsn dus10ampul@5ml no
batch 629668&630025
·
BPOM instruksikan Balai Besar/Balai POM
selrh Ind tuk lakukan verifikasi & monitoring pelaks & penarikan kedua
injeksi tsb
·
Injeksi dimaksud adl inj Buvanest
spinal 0,5%heavy 4ml/5 seluruh batch prod PT.Kalbe Farma dan inj.asam
traneksamat no batch 629668 & 639925
·
17 Feb, BPOM menetapkan regulatory
action sbb:
·
Keputusan PEMBEKUAN izin edar Injeksi
Buvanest Spinal 0,5% heavy 4 ml/5 (Bupivakain HCl) produksi PT. Kalbe Farma,Tbk
·
Surat Perintah PENGHENTIAN SEMENTARA
kegiatan fasilitas produksi larutan injeksi volume kecil non betalaktam
industri farmasi PT.Kalbe Farma
·
Surat Perintah PENARIKAN injeksi asam
traneksamat kemasan dus 10 ampul @ 5 ml no batch 629668 dan 630025
·
BPOM terus memonitor pelaksanaan
regulatory action yang telah ditetapkan
·
Bila diperlukan, BPOM dapat lakukan
tindakan regulatory action lainnya guna lindungi kesehatan dan keselamatan
masyarakat
c.
Menurut Direktorat Jenderal Bina Upaya
Kesehatan (BUK) Kementerian Kesehatan (Kemenkes)
Direktorat Jenderal Bina Upaya
Kesehatan (BUK) Kementerian Kesehatan (Kemenkes) turut melakukan investigasi
atas kasus meninggalnya dua pasien Rumah Sakit (RS) Siloam Karawaci, Tangerang.
Hasil pemeriksaan sementara, belum ditemukan kesalahan prosedur dari pihak RS
Siloam maupun dokter yang menangani pasien.
"Sekarang ini, secara garis
besar dari SOP (Standard Operating Procedure) yang ada, kita belum temukan
kelalaian kepada kedua pasien," ujar Dirjen BUK Kemenkes Akmal Taher dalam
siaran pers, Jumat (20/2).
Pengecekan dilakukan mulai dari
izin rumah sakit, dokter spesialis anestesi, dokter spesialis obstetri dan
ginekologi, serta dokter urologi. Menurut Akmal, RS Siloam memiliki SOP untuk
menangani setiap pasien dan tidak ada yang dilanggar. Termasuk SOP terhadap
penyimpanan obat di RS Siloam.
"Sampai saat ini kita belum menemukan pelanggaran SOP. Misalnya, untuk penyimpanan obat pada suhu tertentu kita sudah periksa ternyata betul. Pemberian dosis obat kepada pasien juga diketahui telah sesuai prosedur," katanya.
"Sampai saat ini kita belum menemukan pelanggaran SOP. Misalnya, untuk penyimpanan obat pada suhu tertentu kita sudah periksa ternyata betul. Pemberian dosis obat kepada pasien juga diketahui telah sesuai prosedur," katanya.
Hasil pemeriksaan sementara,
Buvanest Spinal yang diberikan ternyata bukan berisi Bupivacaine yang merupakan
obat bius, akan tetapi berisi asam traneksamat golongan antifibrinolitik yang
bekerja mengurangi pendarahan. Pihak RS Siloam mengaku sudah melakukan tindakan
operasi sesuai prosedur.
Sementara itu, Perusahaan farmasi
Kalbe Farma memberikan penjelasan terkait penarikan produk obatnya terkait
kasus meninggalnya 2 pasien Rs Siloam pekan lalu.
"Perseroan melakukan hal ini
sebagai prosedur pengendalian mutu dan tanggung jawab preventif agar konsumen
terlindungi secara maksimal," Ujar Vidjongtius, Corporate Secretary PT
Kalbe Farma Tbk.
Dalam laporannya tersebut Kalbe menyebut 2 produk yang ditarik yakni seluruh batch Buvanest Spinal 0,5 persen Heavy 4 ml dan Asam Tranexamat Generik 500 mg/Amp 5 ml dengan nomor batch629668 dan 630025.
Dalam laporannya tersebut Kalbe menyebut 2 produk yang ditarik yakni seluruh batch Buvanest Spinal 0,5 persen Heavy 4 ml dan Asam Tranexamat Generik 500 mg/Amp 5 ml dengan nomor batch629668 dan 630025.
"Bukan hanya obat anestesi
Buvanest Spinal yang ditarik, melainkan juga produk injeksi Asam Tranexamat
Generik," terang Vidjongtius.
Kalbe juga menyampaikan, pihaknya
telah memulai penelaahan lebih lanjut yang hingga kini masih berlangsung,
berkoordinasi dengan instansi pemerintahan terkait. Langkah ini sebagai
komitmen untuk bertanggung jawab atas segala produk dan layanannya
d. Menurut Anggota Komisi IX DPR
RI
Anggota Komisi IX DPR RI
mendatangi RS Siloam Karawaci, Kabupaten Tangerang, terkait tewasnya dua ki9pasien
akibat tertukarnya obat buvanest spinal. Seluruhnya ada enam anggota DPR yang
datang diketuai oleh Irma Suryani. Selain itu hadir juga Irgan Chairul Mahfidz
dan Ali Taher. Pihaknya juga memintai keterangan RS Siloam yang berlangsung
sekitar satu jam.
Anggota Komisi IX DPR RI Irma
Suryani mengatakan, dalam sidak tersebut ditemukan adanya kemasan obat yang
tidak sama dengan isinya. Kemasan obat buatan PT Kalbe Farma yang bertuliskan
bupivacaine atau untuk pembiusan, tapi isinya asam traneksamat yang bekerja
untuk membekukan darah.
"Memang ada kesalahan di
ampul (kemasan). Ampulnya tertulis obat anastesi 4 mili liter. Tapi isinya
bukan itu, dan volumenya 5 mili liter," kata Irma, Jumat (20/2).
Namun dari sisi prosedur operasi
terhadap korban, menurut Irma sudah sesuai. Sebelumnya, RS Siloam juga
memberikan label kembali kepada obat tersebut untuk mengantisipasi terjadinya
kesalahan.
"Siloam menambahkan stiker juga di obat tersebut, supaya tidak tertukar. Sebenarnya, dari sisi pengawasan sudah bagus. Hanya saja Siloam kemungkinan tidak tahu kalau isi obat itu benar sama dengan bungkusnya," papar ya.
"Siloam menambahkan stiker juga di obat tersebut, supaya tidak tertukar. Sebenarnya, dari sisi pengawasan sudah bagus. Hanya saja Siloam kemungkinan tidak tahu kalau isi obat itu benar sama dengan bungkusnya," papar ya.
Ditanya ada indikasi kesalahan
dari pihak RS Siloam, Irma mengaku belum bisa memutuskan. Pihaknya juga masih
mendalami dengan memeriksa PT Kalbe Farma.
"Kita juga tidak mau
mendahului investigasi yang dilakukan Kementerian Kesehatan dan BPOM. Tapi kami
melakukan fungsi pengawasan kami dengan maksimal. Mudah-mudahan nanti bisa
diketahui jelas masalahnya, dan bukan karena mal praktik," ujarnya.
Sementara Irgan Chairul Mahfiz
menambahkan, dalam prosedur operasi, dokter menyuntikan obat tersebut satu kali
sebanyak 3 mili liter kepada pasien. Jika di kemasan tertulis 4 mili,
seharusnya masih sisa 1 mili.
"Namun ternyata pasca operasi korban meninggal. setelah dicek ternyata isi obat berbeda. Ini yang jadi persoalan," katanya.
"Namun ternyata pasca operasi korban meninggal. setelah dicek ternyata isi obat berbeda. Ini yang jadi persoalan," katanya.
e.
Menurut Keluarga Korban
Keluarga Rilda Amanda (33) pasien
yang meninggal pasca operasi caesar di RS Siloam telah mengikhlaskan peristiwa
tersebut. Sang suami, Ary Avianto (32), mengaku sudah mengikhlaskan kepergian
sang pendamping hidupnya.
"Kita sudah ikhlas. Pihak RS
Siloam dan Kalbe juga sudah berniat baik, jadi kita selesaikan ini baik-baik
saja," jelas Ary Avianto, di rumahnya di Perumahan Cipondoh Makmur, Jalan
Damai 5, Blok D8/32, RT 6/5, Kelurahan Cipondoh Makmur, Kecamatan Cipondoh,
Kota Tangerang, Rabu (18/2).
Menurut Ary, pihak RS siloam telah
bersedia bertanggung jawab dengan menanggung biaya pendidikan anak pertamanya,
pasca dilahirkan korban, pada Kamis (12/2) lalu.
"Yang penting Siloam sudah
memperhatikan si kecil. Mereka mau menanggung biaya pendidikan hingga S1,"
katanya.
Ketika ditanya terkait kronologis
peristiwa tersebut, Ary mengaku enggan menjelaskan. "Tidak usah diungkit
lagi ya. Kadang saya ke inget lagi, jadi sedih. Kasihan juga almarhum, biar dia
tenang," paparnya.
Melalui para tetangganya, pihak keluarga Rielda mengatakan, keluarga sudah ikhlas atas apa yang terjadi terhadap anaknya ketika operasi Caesar kemudian meninggal. Suaminya Ary Avianto pun juga sudah merelakannya.
"Keluarga bilang sudah ikhlas, mereka memang paham ini penyebab meninggal karena salah obat. Tetapi mereka tabah. Dan kini bayinya dalam penanganan keluarga, di rawat lah sama keluarga," ujar salah seorang tetangga Reilda bernama Ita.
Melalui para tetangganya, pihak keluarga Rielda mengatakan, keluarga sudah ikhlas atas apa yang terjadi terhadap anaknya ketika operasi Caesar kemudian meninggal. Suaminya Ary Avianto pun juga sudah merelakannya.
"Keluarga bilang sudah ikhlas, mereka memang paham ini penyebab meninggal karena salah obat. Tetapi mereka tabah. Dan kini bayinya dalam penanganan keluarga, di rawat lah sama keluarga," ujar salah seorang tetangga Reilda bernama Ita.
Dia
mengatakan, Rielda Amanda dimakam-kan di tempat pemakaman umum (TPU) Cipondoh
pada Jumat (13/2) lalu.
"Sudah
dimakankam di TPU Cipondoh, Jumat kemarin," tambahnya.
Kasus meninggalnya dua pasien
karena salah obat bius juga menjadi perhatian Menteri Koordinator Bidang
Pembangunan Manusia dan Kebudayaan, Puan
Maharani. Dia
mengaku sudah mengomunikasikan masalah itu dengan Menteri Kesehatan Nila
Moeloek.
Puan meminta Nila segera menarik
obat Buvanest Spinal 0,5 persen yang salah isi karena terlanjur tersalurkan ke
rumah sakit.
"Memang itu sudah koordinasi
dengan Badan POM dan Kementerian Kesehatan, untuk ditindaklanjuti adanya kedua
obat tersebut dan sudah ditarik dari pasaran untuk disetop peredarannya,"
kata Puan usai menghadiri Rapat Paripurna, di Gedung DPR Senayan, Jakarta, Rabu (18/2).
Tidak hanya itu, pemerintah juga
sudah mengingatkan kepada perusahaan penyedia obat-obatan untuk mewaspadai
adanya pasokan obat-obatan ilegal yang bisa merugikan masyarakat.
"Kita juga sudan mengingatkan
kepada perusahaan yang mengedarkan, untuk mensetop obat palsu atau yang salah
dalam pelabelan penempatan obat tersebut di seluruh rumah sakit
se-Indonesia," paparnya.
Sementara itu, terkait sanksi hukum yang akan dilayangkan kepada pihak Rumah Sakit Siloam, Puan mengaku masih melakukan penyelidikan secara menyeluruh.
Sementara itu, terkait sanksi hukum yang akan dilayangkan kepada pihak Rumah Sakit Siloam, Puan mengaku masih melakukan penyelidikan secara menyeluruh.
"Sampai saat ini kami tetap
mencermati langkah apa yang menyeluruh apa yang terjadi di sebenarnya di rumah
sakit tersebut," tandasnya.
Tak mau warganya ada yang menjadi
korban, Gubernur DKI Jakarta, Basuki Tjahaja Purnama, sudah memerintahkan
Kepala Dinas Kesehatan untuk mengecek ke seluruh rumah sakit Jakarta. Dia tak
mau ada obat anastesi Buvanest Spinal itu masih beredar luas.
Ahok tak mau berkomentar lebih
jauh siapa yang salah soal kasus ini. Dia hanya menegaskan, jangan sampai ada
lagi rumah sakit yang tak teliti.
"Kayaknya
udah ditarik ya, dinas sudah tahu," tambahnya.
PT. Kalbe
Farma dan RS siloam merupakan dua instansi ternama yang sudah tidak diragukan
lagi Standar Operasionalnya. Wajar jika berita ini buming bahkan sampai
menurunnya saham Kalbe secara drastis.
Tapi yang namanya musibah bisa menimpa siapa saja. Walaupun dugaan
sementara kesalahan ada dipihak PT. Kalbe tapi belum bisa ada yang memastikan.
Kemungkinan
kesalahan pertama ada dibagian labeling
karna label Buvanest
Spinal sama
dengan label asam traneksamat hanya berbeda pada bagian nama obatnya mungkin saja ada
kesalahan dalam membedakan label Buvanest Spinal dengan asam traneksamat
sehingga tertukar. Oleh karena itu kalbe tidak hanya menarik peredaran obat
buvanest spinal, asam traneksamat juga ikut ditarik dari peredaran.
Kemungkinan kesalahan kedua adalah
kesalahan pemerian obat. Buvanest Spinal Merupakan obat anastesi dan Asam
Traksenamat merupakan obat untuk mengatasi pendarahan. Kedua obat ini terdapat
diruang operasi jadi ada kemungkinan lain bahwa dokter atau perawat salah
memberikan atau mengambil obat dikarnakan buvanest spinal dan asam traksenamat
memiliki label yang mirip.
Kemungkinan ketiga ada sangkut
pautnya dengan demo kenaikan gaji karyawan PT Kalbe farma pada kamis (19/9/2013). Mungkin saja ada pihak ketiga yang
ingin menjatuhkan citra Kalbe Farma entah dengan bagimana caranya.
Memang
terdapat beberapa keganjalan pada kasus ini. Sebagai produsen obat ternama,
dalam satu hari bisa memproduksi ratusan bahkan ribuan obat yang dibuat secara
bersamaan dan disebarkan keseluruh rumah sakit di indonesia tapi mengapa hanya
terjadi pada RS siloam saja. Dan masih banyak keganjalan keganjalan lain.
Semoga
kasus ini bisa menjadi contoh bagi kita semua sejawat kefarmasian agar lebih
berhati hati serta meningkatkan keakuratan setiap proses yang berhubungan
langsung dengan tahapan tahapan dalam produksi obat di industri farmasi.
Kesalahan ini belum dipastikan hanya merupakan kesalahan dari PT. Kalbe Farma
saja, namun ini juga merupakan pembelajaran bagi seluruh Apoteker dan Investor
di industri farmasi di seluruh Indonesia.